Rabu, 16 Maret 2011

Cerita Anak: Pelukis Pelangi

Diposting oleh sachakarina di Rabu, Maret 16, 2011
Tahu tentang Arabel? Belum? Arabel itu salah satu tokoh di cerpen Fantasi Iris yang sudah ku posting sebelumnya. Arabel adalah seorang pelukis pelangi di negeri Iris. Nah, bisa dibilang cerita anak kali ini diambil dari masa kecil Arabel, dan ceritanya juga ditujukan untuk anak-anak. Tapi tetep seru kok buat dibaca orang dewasa juga.
Cerpen ini juga pernah diposting di jejakubikel untuk tema Dongeng Desember




Awan yang tadinya cerah perlahan bergeser, digantikan oleh awan gelap yang menggumpal-gumpal tanda hujan akan turun sebentar lagi. Jika awan itu disingkap, maka akan tampak sebuah istana megah di atas langit, rumah para peri keindahan. Negeri Bianglala.
***
Negeri itu sangat indah, terdapat taman-taman penuh bunga, danau-danau dengan warna beragam dan istana putih yang terbuat dari awan. Disanalah para peri keindahan tinggal, mereka adalah peri yang melukis pelangi saat hujan reda. Warna-warna indah pelangi mereka dapatkan dari danau khusus, danau Iris namanya.
“Hoammm.”
Arabel yang baru saja bangun meregangkan tangannya lalu menguap lebar, dia ternyata tertidur di bawah pohon. Arabel adalah pelukis pelangi berusia delapan tahun yang sangat berbakat. Lukisannya sangat cantik dan dia bangga dengan hal itu.
Arabel melirik ke arah langit yang ada di bawah dan melihat hujan akan segera turun. Arabel tersenyum senang, itu tandanya sebentar lagi dia akan melukis pelangi lagi. Arabel mempercepat kepakan sayapnya agar segera sampai di istana. Dia ingin mengambil kuas bulu yang biasa mereka gunakan untuk melukis. Gerakan Arabel terhenti karena mendengar suara yang melibatkan namanya.
Karena penasaran, Arabel menguping. 
“Arabel memang pelukis pelangi berbakat. Masih kecil tapi dia melukis dengan sangat hebat!” kata salah satu peri.
“Iya memang, apakah dia bisa melukis pelangi sendiri yah?” gumam peri satunya lagi.
“Wah, tidak mungkin. Arabel masih kecil, dia tentu belum mampu. Lagian kita harus bekerja sama jika harus melukis pelangi, supaya hasilnya lebih bagus dan cepat selesai.”
“Iya juga yah. Ayo kita segera siap-siap. Hujan akan segera turun. Kita harus segera melukis pelangi.” Kedua peri itu pun menjauh.
Arabel tersenyum mendengar percakapan dua peri tadi. Dia jadi merasa tertantang dengan apa yang dikatakan peri. Arabel akan melukis pelangi sendiri. Semua orang pasti akan memujinya jika dia bisa menyelesaikan pelangi itu. Sendirian.
Di negeri ini ada banyak pelukis pelangi. Mereka saling berkelompok untuk menyelesaikan pelangi di tempat yang baru saja hujan. Setiap kelompok terdiri dari tujuh peri, masing-masing memegang warna tersendiri. Dengan saling berkelompok maka hasil dari lukisan mereka akan jauh lebih indah dan akan selesai dengan cepat.
Arabel mendekati gudang penyimpanan warna kelompoknya dengan mengendap-endap. Setelah yakin tidak ada yang melihat, Arabel mengambil cat-cat itu dan membawanya keluar. Dia hanya menyisakan sedikit warna untuknya sendiri.
***
Langit kembali mulai cerah, tanda hujan akan segera reda. Para peri mendatangi gudang dan sangat kaget karena cat-cat yang sudah mereka siapkan hilang. Tidak ada sama sekali. Sedangkan untuk kembali ke danau Iris sudah tidak cukup waktu lagi.
“Aku punya sedikit cat, pasti cukup untuk melukis pelangi. Aku akan melukisnya sendiri.” Kata Arabel pada teman kelompoknya, mereka semua hampir sebaya.
“Kami akan membantumu. Kamu bisa membagi catmu pada kami?” tanya Kuni, peri yang berwarna kuning.
“Tidak. Aku bisa menyelesaikannya sediri, aku kan peri kecil yang sangat berbakat! Aku pasti bisa menyelesaikannya sendiri.” kata Arabel menyombongkan diri. Ke enam temannya mencibir.
***
 Hujan sudah reda tapi pelangi yang digambar Arabel belum juga selesai. Masih ada warna biru, nila dan ungu yang belum selesai. Lukisannya juga tidak terlalu bagus dan dia sudah lelah sekali. Arabel mengusap keringat di keningnya lalu mulai melukis lagi. Kalau dia tidak bisa menyelesaikan pelangi secepatnya maka dia akan membuat kecewa orang-orang di bumi yang mencintai keindahan.
“Arabel, hujan sudah reda. Mengapa pelangi belum juga selesai kamu lukis. Manusia di bumi sudah menunggu.” Kata Vio.
“Maaf Vio, aku sepertinya tidak bisa menyelesaikannya. Masih banyak warna yang belum aku lukis, bagaimana ini?” Arabel hampir saja menangis. Dia merasa menyesal sudah menyembunyikan cat-cat itu.
“Bukankah kamu peri yang berbakat? Harusnya kamu bisa!”
“Maaf, akulah yang sombong. Aku sengaja menyembunyikan cat-cat itu agar kalian tidak bisa melukis dan hanya aku yang bisa. Aku berharap orang-orang akan memujiku jika aku bisa menyelesaikannya. Tapi ternyata jika tidak bekerja sama pelangi tidak akan segera selesai.” Ke enam peri kecil itu kaget mendengar pengakuan Arabel.
“Ayo kita segera selesaikan bersama! Semua sudah menunggu pelangi muncul!” Kata Anila dan mengeluarkan kuasnya. Yang lain mengikuti.
“Tidak. Aku tidak mau membantunya. Dia harus menyelesaikannya sendiri.” Vio menolak membantu. Kuni mendekatinya dan memegang pundaknya.
“Vio, kita harus saling membantu. Ini tugas kita bersama. Arabel sudah meminta maaf, jadi kita harus memaafkannya.”
Vio berpikir sejenak lalu berkata, “Baiklah, aku memaafkannya. Ayo kita mulai melukis.” Arabel  langsung memeluk Vio dan berterima kasih. Arabel juga meminta maaf pada teman-teman yang lain dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Mereka lalu melukis pelangi dengan riang, hanya sekejap dan pelangi itu sudah selesai. Mereka puas dengan hasilnya. Akhirnya, mereka bisa menyelesaikan pelangi dengan tepat waktu. Orang-orang di bumi pasti sangat senang melihatnya.
***
Pengen download agar anak-anak dirumah bisa baca juga? silahkan download disini

2 komentar:

Anonim mengatakan...

seorang penulis berbakat dengan kisahnya tentang pelukis pelangi berbakat. waw! ternyata nggak cuma kisah romantis dan fantasi, bacaan untuk anak2 pun kamu ramu dengan bagus d^^b

sachakarina mengatakan...

Hohoho, Makasih..
Aku sangat suka pelangi. Dan pelangi adalah salah satu objek yang selalu seru untuk diceritakan.

 

Karina Sacharissa Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review