Gramedia ulang tahun dan ngasih diskon 20% sampai tanggal 31 Maret 2011. Kesempatan belanja buku banyak-banyak. Kemarin saya sama Papa juga ke Gramedia, Papa pengen beli buku Ranah 3 Warna (biar koleksiku nambah), saya juga beli novel SeoulMate, sama buku membuat Clay.
Tahu Clay? Clay itu sejenis adonan, seperti lilin mainan. Biasanya dibuat dari berbagai macam-macam tepung yang dicampur lem.
Sudah lama sebenarnya saya tertarik dengan Clay ini tapi nggak pernag beli bukunya :p. Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah blog, si pemilik membuat patung boneka Super Junior dengan menggunakan Clay. Saya makin tertarik jadilah pas ke Gramedia saya beli buku Clay. Mumpung dibayarin Papa :p
Setelah itu langsung ke Agung, beli cat poster, lem putih, terus mampir lagi ke sentral buat beli tepung tapioka (kanji), tepung beras, maizena dan benzoat buat dibikin adonan.
Pas nyampe rumah langsung mulai bikin adonan. Bikinnya gampang, tepung beras, kanji, maizena dicampur dengan perbandingan 1:1:1 kemudian ditambahkan sedikit benzoat dan lem. Uleni sampai kalis. setelah itu beri warna.
Saya yang pertama kali bikin, dengan pedenya pengen bikin patung cabe Heechul dan hasilnya. GAGAL TOTAL. bentuknya nggak mirip terus nggak mau tegak. Lalu saya coba bikin patung yang ada di buku, sedikit lebih baik sih tapi nggak mau tegak juga, sampai akhirnya itu patung patah pas dipegang kakak.
Clay bener mengasah kesabaran, ketelatenan dan ketelitian. Mesti benar-benar teliti apalagi bikin patung yang kecil. Dan sayangnya pinset saya rusak jadi agak kesulitan nempelin Clay yang kecil banget macam mata. Salut sama yang bikin Clay dan cantik sekali.
tapi saya akan terus belajar, nanti kalau sering berlatih saya pasti bisa juga. Bisa bikin patungnya Super Junior juga, nggak cuma bisa mengagumi karya orang.
Awalnya judul buku ini kubaca Soulmate *nggak teliti* :p
Sebelum beli, aku pernah lihat buku ini sebelumnya, sebagai hadiah kuis dari blog Koreanindo. Kesan saya? Sampulnya cantik. Hanya itu, saya merasa tak perlu repot-repot membuka link untuk melihat sinopsisnya. Kemudian saya lihat lagi di web Sujunesia, buku ini juga menjadi hadiah. Kenapa buku ini selalu jadi hadiah di Blog yang ada hubungannya dengan Super Junior? salah satu pertanyaan kuis Sujunesia benar-benar membuatku tertarik. “Siapa nama Super Junior yang namanya dipakai sebagai tokoh dalam novel SeoulMate?” karena penasaran saya buka web SeoulMate dan ternyata Siwon. Siwon!
Banyak alasan saya harus memiliki buku ini, pertama novel ini berlatar belakang Seoul, Negara yang belakangan pengen saya pelajari bahasanya. Kedua, ada nama Siwon, nama yang selalu membius saya dan Mbak Lia juga bilang kalau baca nama Siwon di buku ini, bayangkan Siwon Super Junior. Nggak sulit ngebayangin kalau Siwon tersenyum, lesung pipinya, ataupun marah :). Ketiga, ini jenis novel fantasi, salah satu genre favoritku. *tiba-tiba teringat draft Fantasi Irisku yang nggak pernah kusentuh lagi :(*
SeoulMate Bercerita tentang Sun yang memutuskan menjadi Mate dan bergabung ke dalam sebuah organisasi penyalur hantu bernama SeoulMate yang menerima proposal permintaan bantuan dari manusia. Sebagai Mate, ia bertugas menjaga serta membantu Soul (hantu) yang bergabung dalam SeoulMate untuk melaksanakan proposal dari para klien SeoulMate. Sebenarnya, Sun tak suka menjadi seorang Mate tapi harapan untuk bertemu kembali dengan seorang pria memaksanya menggunakan kemampuannya berkomunikasi dengan hantu.
Sun dipasangkan dengan hantu baru yang tidak mengingat sama sekali kehidupan manusianya. Sun dan Soulnya – yang dia beri nama Jang—berhasil menyelesaikan proposal-proposal meski mereka sering bertengkar. Jang selalu menggerecoki Sun agar membantu mencari asal-usulnya. Pada akhirnya mereka menjadi dekat satu sama lain. *cinta sama benci emang bedanya tipis banget*
Tapi, Jang berhasil menemukan masa lalunya dan dia dihadapkan pada sebuah pilihan. Sun, meski terpaksa tetap membiarkan Jang pergi.
Kisah yang manis. Ceritanya unik, meski rada-rada mirip sedikit sama twilight (samanya cuma di vegetarian aja). Juga terselip humor di dalamnya. Belum pernah saya memikirkan hantu dengan se-fun ini. Saya membayangkan bentuk hantu-hantu itu seperti kartun Casper, apalagi sampulnya seperti itu. Ngomong-ngomong soal sampul, ini buku sampulnya cuteeee banget deh.
Baca buku ini membuat saya serasa sedang berlibur ke Korea Selatan, pendetailan latar sangat bagus, juga bisa nambah-nambah kosakata bahasa Koreaku. Ini juga pertama kali saya membaca novel berlatar belakang Korea yang menggunakan penduduk asli sebagai salah satu tokohnya.
Cuman aku agak geregetan di ending. Yaaa, kok udahan??? Pikirku saat ceritanya berakhir. Saya pengen lebih panjang lagi, nggak kerasa ceritanya udah di ending aja. Padahal kan semua janji-janji Jang pada Sun belum kesampaian!
Ya, aku ngelanjut-lanjutin aja sama cerita versiku. Hahaha.
Ada banyak potongan-potongan dialog yang aku suka. Mbak Lia, aku izin copas yah! J
“Harapan… itulah yang membuat kita bisa menggapai apa yang kita inginkan. Sebuah harapan dan kepercayaan.”
“Jang!” teriak Sun gemas. “Kau kira setelah menyebut namaku tiga kali kambing bakal melahirkan?”
Sebenarnya masih banyak yang lain, tapi lupa letaknya dimana. Nanti deh di update lagi. Rencananya mau re-reading lagi nih. Hehehe
Ayo, kamu baca juga bukunya. Pastinya nggak bakal nyesel deh! Apalagi yang K-Pop Lover :p
Aku suka crochet (merenda). selain bisa buat baju, juga bisa bikin amigurumi untuk gantungan hape atau gantungan kunci. Lucu deh. Ini beberapa hasil karyaku.
Cangkir
Terong
Labu
Kacang Polong
Keroppi
Boneka Bom Lucu
heart
strawberry
Topi hasil rajutan sendiri :)
Jamur
Buah-buahan
Amigurumi cocok juga buat jadi hadiah. Aku suka hadiahin ini buat temen-temen. Belakangan, kalau ada yang mesen buku Warna Dari Pelangi aku kasih juga amigurumi ini.
Tanteku juga suka dan pesen, katanya sih pengen dibeli. Sepupuku yang umur 3 tahun, suka make topi dan kau yang selalu ngerajutin buat dia. Dia suka banget sama topi warna orange-putihnya dan kalau aku mau nyentuh itu topi nggak dibolehin, padahal aku yang buat. Dasar pelit! hehehe
Sekarang topinya hilang, jadi aku buatin lagi warna ungu dan dia nggak begitu suka. Dia suka warna-warna cerah ^^. Aku juga pernah buat cardigan tanpa lengan tapi nggak pernah dipake, tersimpan rapi di lemari. Aku cuma suka buatnya aja :D
Seneng bisa bikin sesuatu yang banyak orang suka. Kamu suka nggak?? hehehehe
Saya cinta banget sama bunga satu ini, jadi kali ini mau share sedikit banyak tentang bunga satu ini.
Bunga matahari (Helianthus annuus L.) adalah tumbuhan semusim dari suku kenikir-kenikiran (Asteraceae) yang populer, baik sebagai tanaman hias maupun tanaman penghasil minyak. Bunga tumbuhan ini sangat khas: besar, biasanya berwarna kuning terang, dengan kepala bunga yang besar (diameter bisa mencapai 30cm). Bunga ini sebetulnya adalah bunga majemuk, tersusun dari ratusan hingga ribuan bunga kecil pada satu bongkol. Bunga matahari juga memiliki perilaku khas, yaitu bunganya selalu menghadap ke arah matahari atau heliotropisme.
Umumya pendek, kurang dari setahun, tegak, berbulu, tinggi 1 - 3 m. Termasuk tanaman berbatang basah (herbaceus), daun tunggal berbentuk jantung sepanjang 15 sentimeter panjang dan 12 sentimeter lebar dengan gagang daunnya yang panjang kemas tersusun pada batang pokoknya yang keras dan berbulu. Pokoknya setinggi 90 – 350 cm, berbatang kecil, berbulu kasar dan hampir tidak bercabang.
Bunga matahari (Helianthus annuus), ditanam pada halaman dan taman-taman yang cukup mendapat sinar matahari, sebagai tanaman hias. Tanaman ini cocok di segala alam tetapi tanaman ini paling subur di daerah pegunungan, daerah yang memiliki kelembaban cukup dan banyak mendapatkan sinar matahari langsung. Bunga matahari dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut. Bunga matahari tidak dapat hidup di daerah yang tergenang air. Karena akar-akarnya akan membusuk.
Di awal penanaman, taburkan 3 kg pupuk kandang (kotoran ayam, kotoran kambing, kotoran lembu) per bibit. Ulangi saat tanaman berumur sebulan. Berikan 25 gram ZA per batang. Di usia 1,5 bulan, tambahkan 15 gram TSP per batang. Jangan lupa, perhatikan saluran pembuangan air, hama dan penyakit yang bisa mendera. Umur 2 bulan, bunga dari batang utama mulai kuncup, diikuti cabang - cabang di ruas - ruas daun di bawahnya. Satu batang tanaman bisa menghasilkan 10 - 12 tangkai bunga. Untuk pemeliharaan lakukan penyiraman setidaknya sekali sehari. Bunga ini juga menarik serangga untuk membantu penyerbukan *siap-siap nanti di halaman banyak serangga*
Bunga matahari diperbanyak dengan biji. cukup semaikan biji di dalam pot, untuk skala besar bisa semaikan dibedengan. Biji akan tumbuh dalam beberapa hari, setelah cukup besar sudah bisa dipindahkan.
Selain cantik menghias halaman, bunga ini ternyata banyak manfaatnya juga loh.
Bunga: antipiretik, hipotensif, menurunkan tekanan darah, mengurangi rasa nyeri (analgetik), nyeri haid (dysmenorrhoe), nyeri lambung (gastric pain), sakit kepala, sakit gigi, sakit perut, tekanan darah tinggi, radang payudara (obat luar), radang persendian (obat luar), kosmetik (mencegah penuaan dini), dan sulit melahirkan.
Akar: Anti inflamasi, analgesik, antitusif, diuretic, batuk, batu ginjal, bronkhitis, keputihan (leucorrhoe), anti radang, peluruh air seni, pereda batuk, dan menghilangkan nyeri.
Daun: Anti inflamasi, analgesik, antipiretik, anti radang, mengurangi rasa nyeri, dan anti malaria.
Sumsum dari batang atau dasar bunga: Merangsang energi vital, menenangkan liver, merangsang pengeluaran air kemih, menghilangkan rasa nyeri pada waktu buang air kemih, nyeri lambung, air kemih bedarah (hematuria), ari kemih berlemak (chyluria), kanker lambung, kanker esophagus dan malignant mole.
Biji: Anti dysentery, membangkitkan nafsu makan, lesu, sakit kepala, , disenteri berdarah, merangsang pengeluaran cairan tubuh (hormon, enzym, dll.), merangsang pengeluaran campak (measles). Bijinya juga bisa jadi cemilan: kuaci.
Untuk jenis-jenis bunga matahari bisa dilihat di postingan ini.
Gathering Jejakubikel sebenarnya udah lama, diadakan Januari lalu tapi saya baru mau share beberapa fotonya sekarang. dulu, kita semua ketemu di foodcourt MARI (Mall Ratu Indah). gabung sama anak-anak Fiksimini. di Makassar ternyata cuma dua orang anak Jejakubikel, 3 orang sama Rendra, si pendiri. satu orangnya nggak hadir hari itu.
di sebelah saya itu Daniel
Rendra yang pakai baju merah.
Saya datangnya ramai-ramai. bareng Alia, Lia sama Eni. sekalian hari itu emang kita rencana ke Gramedia san belanja perlengkapan tulis menulis di Agung yang ada di depan MARI. Ya, lumayan bikin nambah rame. hehehe
Semua penulis pasti pernah mengalami writers block, saat dimana otak tiba-tiba lumpuh dan nggak bisa mikirin apa yang akan dituliskan di lembaran yang masih kosong. Intinya, nggak mampu buat nulis apa-apa. Ngerti kan maksudku??
Sebagai penulis *jiaaahhh* (secara umum, semua orang yang bisa nulis, namanya penulis kan?) saya juga pernah mengalami Writers Block . Pokoknya, kalau liat lembar Word itu langsung sakit kepala. Pengen nulis sih tapi ide nggak ada. Gelap!
Dan Daniel (salah satu pendiri Jejakubikel) dengan baik hati bagi-bagi solusi untuk mengatasi Writers Block di Twitter. Semoga setelah baca ini Writers Blockmu bisa teratasi..
***
Writers Block bisa diatasi dengan beberapa cara tergantung penyebabnya.
Writers Block sendiri bisa disebabkan oleh:
1.Hati
2.Jenuh
3.Sulit ide
4.Sulit konsentrasi
5.Beban pekerjaan
Writers Block yang disebabkan suasana hati misalnya karena kepikiran kekasih yang jauh di sana, kangen, sedih, marah, bête,dll. Writers Block yang seperti ini sebaiknya dimanfaatkan. Luapkan dalam tulisan. Arsipkan. Kelak akan berguna. Writers block karena suasana hati berguna karena kita jujur mengalami perasaan itu. Kelak bisa dipakai untuk karakter di tulisan kita.
Writers block yang disebabkan kejenuhan menulis, harus disikapi dengan bijaksana. Tinggalkan sejenak, lakukan aktivitas lain.. writers block karena junuh menulis berarti kita harus lakukan aktivitas non baca tulis. Nonton film, jalan-jalan, shopping, music.
Writers block karena sulit ide? Ada beberapa cara.
1.Hang out with friends. Siapkan buku ide. Catatlah kata-kata random dari teman-teman.
2.Mendengarkan curhatan teman-teman. ‘rekam’ kisahnya, tambahkan drama.
3.Writers block karena tema yang ditentukan? Tulis dalam note. Buat windmap. Buat cabang 5W1H. Bumbui imajinasi
4.Baca, dengar, tonton, serap idenya. Modifikasi.
Writers block karena sulit konsentrasi bisa dengan menentukan tempat yang nyaman untuk menulis. Kafe, teras, kamar mandi, bebas! Juga atasi dengan menciptakan ‘pembatas’ antara dirimu dan sekitarmu. Music favorit via headset misalnya,
Writers block karena beban pekerjaan? Ini sih, gampang! Selesaikan dulu kerjaan. Nanti pasti gak keblock lagi..
Jacinda suka Cat Woman (Aku tahu alasannya: karena dia pecinta kucing!)
Akila suka Sailormoon
Mereka masing-masing punya superhero --yang sering muncul di TV. Tapi aku tidak punya sama sekali! Tidak. Aku memang tidak punya tokoh superhero andalan di TV di mana aku akan membayangkan ditolong mereka jika sedang kesusahan. Aku punya superhero sendiri di dunia nyata.
Ibuku.
Ya, Ibu seorang superhero. Dia tahu apa yang akan dan sudah aku lakukan meski aku sudah berusaha menutup-nutupinya. Ibu tahu kalau aku sedang berbohong. Ibu tahu kalau aku sedang nakal. Ibu tahu kalau aku sedang sedih.
Ibu akan datang menolongku kapanpun aku mau dan kapan pun aku butuh.
Ibu bisa berpindah tempat dengan cepat, memergokiku yang akan menyelinap keluar rumah untuk bermain padahal aku punya tugas sekolah yang harus diselesaikan saat itu juga.
“Kamu sedang sakit, tidak usah makan es krim dulu!” Wow. Ibu juga bisa membaca pikiranku. Panas sangat terik dan aku ingin sekali makan es krim tapi aku sedang terserang flu dua hari ini. Aku sudah berencana untuk menyuruh adikku membelikanku es krim dan memakannya secara sembunyi-sembunyi. Tapi Ibu mematahkan niatku dengan segera. Kenapa sih Ibu jago sekali?
Ibu juga bisa melacak dengan cepat. Suatu hari aku pernah memecahkan vas bunga milik ibu saat aku bermain bola di dalam rumah. Tapi belum satu jam sejak aku menyembunyikannya di belakang lemari, Ibu sudah menemukannya.
“Ken, jangan bermain bola lagi di dalam rumah. Kamu memecahkan vas Ibu!” Aku terpaku. Ibu tahu.
“Bukan aku, Bu!” Kataku membela diri, aku bisa dimarahi Ibu kalau tahu aku pelakunya.
“Ibu tahu kamu yang melakukannya!” Lalu dimana Ibu tahu dimana aku menyembunyikan vas itu? “Mata Ibu bisa menembusi setiap sudut rumah ini. jadi jangan coba-coba menyembunyikan apapun.” Lanjut Ibu. Beliau membaca pikiranku lagi seperti sedang membaca buku.
Ibu benar-benar hebat. Ibu juga bisa mendengar jika aku mengumpat kasar pada temanku. Aku tidak tahu bagaimana Ibu bisa melakukan semua itu. Tapi Ibu benar-benar hebat. Maukah Ibu mengajarkannya padaku?
Sttt, Ibuku juga kadang menemaniku bermain bola saat teman-temanku sedang pergi mengisi liburan mereka.
Dan Ibu juga sangat baik. Ibu akan membelikanku es krim jika aku sedang sedih karena tidak terpilih sebagai anggota di klub sepak bola sekolah. Ibu bangun pag-pagi sekali untuk membuatkanku bekal ke sekolah. Ibu menjahit bajuku yang sobek. Ibu membersihkan lukaku jika aku lecet. Ibu mengajariku matematika di rumah. Ibu merajutkanku sweater. Ibu juga selalu mengecup keningku jika aku ingin tidur.
Apakah Batman bisa memasak?
Apakah Superman bisa menjahit?
Apakah Sailormoon jago matematika?
Apakah Wonder Woman bisa merajut?
Apakah Cat Woman mau menciumku jika aku ingin tidur? Aku bergidik ngeri membayangkannya. Alih-alih mencium, bisa saja dia menggigitku.
Ibu adalah Superheroku.
Tidak ada di TV tapi selalu ada di dunia nyata. Hanya untukku!
Beberapa minggu lalu saya pernah ‘ribut’ gara-gara bibit sunflower yang nggak ada di Makassar sama sekali, atau ada tapi saya yang nggak nemu? Nggak tau deh! Saya udah keliling-keliling nyari, ujan-ujanan dan nggak nemu juga.
Nggak tau kenapa saya nggak kepikiran untuk belanja online aja saat itu, padahal kan saya udah biasa. Setelah searching saya dapat deh situs bagus yang ngejual dan langsung pesan. Karena hari itu hari Sabtu dan bank tutup, saya baru transfer uangnya hari senin siang. Setelah bayar saya langsung konfirmasi dan adminnya bilang kalau barangnya langsung di kirim hari itu juga lewat JNE/TIKI. Saya nggak tau dia pake jasa apa.
Pake JNE/TIKI katanya sih lebih cepat, makanya saya udah memperhitungkan kalau barangnya sampai paling cepat hari Selasa dan paling lambat mungkin hari Kamis. Saya udah nggak sabaran nunggu pengen liat itu bibit ada di tangan dan bisa segera di tanam di halaman. Tapi sampai hari ini barangnya belum datang-datang juga. Katanya cepet? Buktinya mana?
Dulunya juga pernah pesan buku Warna Dari Pelangi dari @nulisbuku dan sampai dua minggu itu buku nggak nyampe-nyampe juga. Saya berusaha berpikir positif aja. Sistemnya nulisbuku itu kan,kalau ada yang pesen buku baru deh dicetakin, dan dari pemesanan dibutuhkan waktu paling tidak seminggu untuk dicetak. Aku tanyain Dyta biasanya bukunya berapa lama baru nyampe dan dia bilang seminggu lebih. Tapi dalam kasusku udah dua minggu tapi belum ada tanda-tanda pintu rumahku diketuk sama kurir JNE.
Saya tanyain ke @nulisbuku dan ternyata alamat yang tercantum salah. Saya dibantuin sama nulisbuku ngehubungin JNE di Makassar dan dikasih nomor resi pengiriman. Katanya barangnya ada di JNE Veteran. Saya datangin deh JNE di Veteran. Untungnya JNEnya deket sama toko buku yang waktu itu pengen didatengin sama Mama. Sampai JNE Veteran katanya barangnya ada di JNE Alauddin. Dikasih alamat dan langsung ke sana lagi. Capek iya, tapi demi ‘baby’ku aku rela kok! Hehehe
Dan di JNE Alauddin petugasnya (resepsionist) nyebelin banget, jutek, doyan marah-marah pula. Mungkin karena tempatnya yang panassss banget, sumpah deh itu tempatnya panas banget, beda sama JNE Veteran yang adem karena full AC. Barangnya lama dicariin, petugasnya mesti ngubek sana-sini buat dapet itu barang.
Kasus itu masih bisa ditoleransi karena alamat yang ditulis emang salah. Saya pake alamat yang sekarang dan semuanya sampai dengan selamat. tapi kali ini??? Saya udah bener-bener sebel. Alamat yang saya kasih nggak salah kok. Udah bayar biaya kirim mahal-mahal tapi pelayanan tidak memuaskan, barangnya malah telat nyampe. Huh!
Saya jadi agak-agak kurang percaya lagi sama JNE/TIKI. Mendingan pake POS Indonesia aja. Dyta pernah ngirim buku ke saya dan sampai tepat waktu. Saya juga pernah ngirim buku ke Batam dan Palembang dan juga sampai dengan tepat waktu. Jauh lebih murah pula.
Setelah saya tanyakan lagi ke admin toko onlinenya, mereka ngirim lewat TIKI dan ngasih nomor resi. Langsung di cek di web dan tidak ada info tentang barang yang saya kirim. Gimana sih ini??? Sepertinya harus mendatangi TIKI langsung nih!!
Tahu tentang Arabel? Belum? Arabel itu salah satu tokoh di cerpen Fantasi Iris yang sudah ku posting sebelumnya. Arabel adalah seorang pelukis pelangi di negeri Iris. Nah, bisa dibilang cerita anak kali ini diambil dari masa kecil Arabel, dan ceritanya juga ditujukan untuk anak-anak. Tapi tetep seru kok buat dibaca orang dewasa juga.
Cerpen ini juga pernah diposting di jejakubikel untuk tema Dongeng Desember
Awan yang tadinya cerah perlahan bergeser, digantikan oleh awan gelap yang menggumpal-gumpal tanda hujan akan turun sebentar lagi. Jika awan itu disingkap, maka akan tampak sebuah istana megah di atas langit, rumah para peri keindahan. Negeri Bianglala.
***
Negeri itu sangat indah, terdapat taman-taman penuh bunga, danau-danau dengan warna beragam dan istana putih yang terbuat dari awan. Disanalah para peri keindahan tinggal, mereka adalah peri yang melukis pelangi saat hujan reda. Warna-warna indah pelangi mereka dapatkan dari danau khusus, danau Iris namanya.
“Hoammm.”
Arabel yang baru saja bangun meregangkan tangannya lalu menguap lebar, dia ternyata tertidur di bawah pohon. Arabel adalah pelukis pelangi berusia delapan tahun yang sangat berbakat. Lukisannya sangat cantik dan dia bangga dengan hal itu.
Arabel melirik ke arah langit yang ada di bawah dan melihat hujan akan segera turun. Arabel tersenyum senang, itu tandanya sebentar lagi dia akan melukis pelangi lagi. Arabel mempercepat kepakan sayapnya agar segera sampai di istana. Dia ingin mengambil kuas bulu yang biasa mereka gunakan untuk melukis. Gerakan Arabel terhenti karena mendengar suara yang melibatkan namanya.
Karena penasaran, Arabel menguping.
“Arabel memang pelukis pelangi berbakat. Masih kecil tapi dia melukis dengan sangat hebat!” kata salah satu peri.
“Iya memang, apakah dia bisa melukis pelangi sendiri yah?” gumam peri satunya lagi.
“Wah, tidak mungkin. Arabel masih kecil, dia tentu belum mampu. Lagian kita harus bekerja sama jika harus melukis pelangi, supaya hasilnya lebih bagus dan cepat selesai.”
“Iya juga yah. Ayo kita segera siap-siap. Hujan akan segera turun. Kita harus segera melukis pelangi.” Kedua peri itu pun menjauh.
Arabel tersenyum mendengar percakapan dua peri tadi. Dia jadi merasa tertantang dengan apa yang dikatakan peri. Arabel akan melukis pelangi sendiri. Semua orang pasti akan memujinya jika dia bisa menyelesaikan pelangi itu. Sendirian.
Di negeri ini ada banyak pelukis pelangi. Mereka saling berkelompok untuk menyelesaikan pelangi di tempat yang baru saja hujan. Setiap kelompok terdiri dari tujuh peri, masing-masing memegang warna tersendiri. Dengan saling berkelompok maka hasil dari lukisan mereka akan jauh lebih indah dan akan selesai dengan cepat.
Arabel mendekati gudang penyimpanan warna kelompoknya dengan mengendap-endap. Setelah yakin tidak ada yang melihat, Arabel mengambil cat-cat itu dan membawanya keluar. Dia hanya menyisakan sedikit warna untuknya sendiri.
***
Langit kembali mulai cerah, tanda hujan akan segera reda. Para peri mendatangi gudang dan sangat kaget karena cat-cat yang sudah mereka siapkan hilang. Tidak ada sama sekali. Sedangkan untuk kembali ke danau Iris sudah tidak cukup waktu lagi.
“Aku punya sedikit cat, pasti cukup untuk melukis pelangi. Aku akan melukisnya sendiri.” Kata Arabel pada teman kelompoknya, mereka semua hampir sebaya.
“Kami akan membantumu. Kamu bisa membagi catmu pada kami?” tanya Kuni, peri yang berwarna kuning.
“Tidak. Aku bisa menyelesaikannya sediri, aku kan peri kecil yang sangat berbakat! Aku pasti bisa menyelesaikannya sendiri.” kata Arabel menyombongkan diri. Ke enam temannya mencibir.
***
Hujan sudah reda tapi pelangi yang digambar Arabel belum juga selesai. Masih ada warna biru, nila dan ungu yang belum selesai. Lukisannya juga tidak terlalu bagus dan dia sudah lelah sekali. Arabel mengusap keringat di keningnya lalu mulai melukis lagi. Kalau dia tidak bisa menyelesaikan pelangi secepatnya maka dia akan membuat kecewa orang-orang di bumi yang mencintai keindahan.
“Arabel, hujan sudah reda. Mengapa pelangi belum juga selesai kamu lukis. Manusia di bumi sudah menunggu.” Kata Vio.
“Maaf Vio, aku sepertinya tidak bisa menyelesaikannya. Masih banyak warna yang belum aku lukis, bagaimana ini?” Arabel hampir saja menangis. Dia merasa menyesal sudah menyembunyikan cat-cat itu.
“Bukankah kamu peri yang berbakat? Harusnya kamu bisa!”
“Maaf, akulah yang sombong. Aku sengaja menyembunyikan cat-cat itu agar kalian tidak bisa melukis dan hanya aku yang bisa. Aku berharap orang-orang akan memujiku jika aku bisa menyelesaikannya. Tapi ternyata jika tidak bekerja sama pelangi tidak akan segera selesai.” Ke enam peri kecil itu kaget mendengar pengakuan Arabel.
“Ayo kita segera selesaikan bersama! Semua sudah menunggu pelangi muncul!” Kata Anila dan mengeluarkan kuasnya. Yang lain mengikuti.
“Tidak. Aku tidak mau membantunya. Dia harus menyelesaikannya sendiri.” Vio menolak membantu. Kuni mendekatinya dan memegang pundaknya.
“Vio, kita harus saling membantu. Ini tugas kita bersama. Arabel sudah meminta maaf, jadi kita harus memaafkannya.”
Vio berpikir sejenak lalu berkata, “Baiklah, aku memaafkannya. Ayo kita mulai melukis.” Arabel langsung memeluk Vio dan berterima kasih. Arabel juga meminta maaf pada teman-teman yang lain dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Mereka lalu melukis pelangi dengan riang, hanya sekejap dan pelangi itu sudah selesai. Mereka puas dengan hasilnya. Akhirnya, mereka bisa menyelesaikan pelangi dengan tepat waktu. Orang-orang di bumi pasti sangat senang melihatnya.
***
Pengen download agar anak-anak dirumah bisa baca juga? silahkan download disini
Penulis Dhea Adyta, Bellanissa Brilia Zoditama, Rudi Cahyono
Wah, kemarin dikasih draft cerita anak sama Dhea Adyta. Tau aja kalau saya suka baca yang beginian. Hehehe
Suara Kecil. 3 penulis. 10 cerita. Ribuan warna.
Ceritanya ringan, bertaburan pesan moral, dan tentunya permainan imajinasi. Membuka imajinasi anak-anak memang perlu. Anak yang suka berimajinasi pasti punya banyak mimpi. Dan semua berawal dari mimpi bukan? Meski ini buku ini lebih ditujukan kepada anak-anak tapi juga menarik untuk dibaca oleh orang dewasa.
Kadang anak-anak memang agak keras kepala jika diberitahukan sesuatu yang salah dari apa yang dilakukannya. Malah biasanya, makin dilarang makin menjadi-jadi. Tapi dengan membiarkan mereka membaca beberapa kisah yang mungkin sedang/pernah/akan dialaminya, anak akan bisa memutuskan apa yang akan dilakukannya sendiri selanjutnya, ingin menjadi tokoh antagonis atau protagonis. Tak ada yang merubah kita kecuali diri kita sendiri.
Membaca ini mengingatkan saya dengan masa-masa kecil dengan tumpukan buku cerita dan majalah Bobo. Bermimpi menjadi seorang putri, ingin bermain perosotan di pelangi dan banyak mimpi-mimpi ‘aneh’ lain yang membuat saya malah tersenyum sekarang. Sekonyol itukah saya dulu?
Dan saya sangat senang ada buku seperti ini. Mendidik anak lewat cerita memanglah pilihan yang tepat. Dengan banyak membaca maka pengetahuan tentunya makin bertambah.
Kadang miris juga sih melihat anak-anak berumur 9 tahun yang lebih suka membaca majalah remaja, mencari artikel tentang artis yang sedang naik daun. Bahkan lagu anak yang pada tahun ’90-an bertaburan dimana-mana sekarang sudah lenyap. Anak-anak sekarang tahunya menyanyikan lagu-lagu cinta. Mereka terlalu cepat dewasa.
Pernah suatu hari saya lagi naik angkot dari kampus menuju rumah, diatas angkot itu juga ada seorang ibu dan anaknya yang umurnya berkisar 3-4 tahun. Anak itu bernyanyi-nyanyi riang. Dan tahu apa yang dia nyanyikan? ‘cinta satu malam, oh indahnya’ itu yang terus ulang-ulanginya sampai dia tiba di tempat tujuan. Padahal saya yakin anak itu nggak tahu artinya. Kenapa nggak diperdengarkan lagu anak aja yang lebih mendidik sih? Kan ada untungnya buat perkembangan anak. Dan saya jadi berpikir apa yang dia tonton? Sinetron yang penuh adegan kekerasan dan dendam? (Nah loh, malah bahas ini. Hehehe, maaf).
Cerita favorit saya? Jangan tanya, semuanya saya suka. Ada cerita berjudul ‘Terbalik’ yang bercerita tentang si kidal yang mengingatkan saya sama alm. adik yang juga kidal dan dia selalu ngomel kalau dikomentari tentang tangannya. Dongeng ‘Seruling Pohon Hujan’ (saya tergila-gila dongeng dan cerita fantasi) . ‘Maafkan Manda, Ya Nek’ yang ngebuat saya jadi ingat nenek yang lagi sakit dan masih banyak cerita lain yang tidak kalah seru. Semuanya saya suka!
Well, saya sangat menikmati membaca buku ini dan semoga anak-anak Indonesia juga. Sukses terus untuk penulisnya, yang sangat peduli dengan anak-anak Indonesia. Tentu kamu juga peduli dengan anak Indonesia kan? Nah, mulailah dengan membacakan buku cerita ini untuk anak, adik, sepupu, atau keponakanmu!
15 Maret 2011. Dan hari ini adalah hari yang spesial karena 4 tahun yang lalu, tepatnya 15 Maret 2007 kami berempat (Saya, Ima, Nurul dan Mawa) mengukuhkan persahabatan dengan nama GX. Hanya sekedar simbol saja sih, karena persahabatan yang sebenarnya ada di hati kami masing-masing.
Happy Anniversary
Kadang saya berpikir, di tahun sekarang ini, diumur setua ini kami masih seperti ini, dibawah nama sebuah Genk? saat kami memutuskan itu 4 tahun lalu mungkin kami memang masih berpikiran kekanak-kanakan, dan sekarang kami sudah terlalu nyaman satu sama lain bahkan untuk sekedar mengubah atau meniadakan nama itu.
Untukku GX bukanlah nama sebuah Genk tapi nama sebuah tempat. Tempat dimana seharusnya saya berbagi, tempat saya menangis, tempat saya tertawa, tempat saya kembali.
Kami nyaris kehilangan tempat itu. Saat semuanya meregang karena jarak dan waktu. Karena kesibukan masing-masing kami jadi saling melupakan, jarang saling bertegur sapa, Tak ada lagi keterbukaan, kepercayaan pun mulai memudar dan persahabatan itupun diambang kehancuran.
Tapi kami tak pernah membiarkan itu terjadi, kami saling menyanyangi satu sama lain, persahabatan itu terlalu berharga untuk retak begitu saja. Kami berbagi air mata semalaman dan semua akhirnya membaik. Mereka sahabatku, saudara-saudara perempuanku.
Hari ini tak ada perayaan, tapi saat kami bertemu kami pasti akan merayakannya, bersyukur kami masih bisa bersama sampai hari ini.
Untuk seterusnya, saya berharap persahabatan kami akan abadi, dan pasti mereka juga berharap yang sama.
GX, Mawa,Ima, Nurul. I Love You.
Persahabatan itu seperti empat kelopak semanggi, susah untuk ditemukan tapi beruntung jika bisa menemukannya
Riris tidak pernah membayangkan dirinya bisa ada di sini. Di negeri dimana pelangi di lukis. Tapi Riris akui negeri ini sangatlah indah. Negeri yang 180 derajat berbeda dengan Bumi. Sayangnya semua warna yang ada di negeri ini mulai memudar.
Awalnya Riris kesulitan untuk beradaptasi, dia benar-benar buta dengan kondisi negeri itu. Untungnya Riris ditolong oleh Arabel, seorang pelukis pelangi yang ternyata adalah penanggung jawab atas terdamparnya Riris di negeri antah berantah itu.
Dan Riris ‘diundang’ ke sana untuk membantu negeri yang sedang di ujung kehancuran itu: menjadi pelukis pelangi. Satu-satunya pelukis pelangi yang tersisa hanyalah Arabel seorang, yang lainnya sudah meninggal di tangan prajurit-prajurit Rasta, penyihir yang sangat berambisi untuk menghancurkan Negeri Iris dan menggantikan keindahan itu dengan kegelapan.
“Untuk apa Rasta mengisap warna-warna itu?” Tanya Riris penasaran.
“Jika warna itu habis maka keindahan juga ikut habis. Negeri ini disokong oleh keindahan dari warna-warna pelangi, atau yang kalian kenal dengan MEJIKUHIBINIU!”
“Kamu pernah bilang Negeri ini dan Bumi saling berhubungan kan?”
Arabel mengagguk pelan. “Ya. Keindahan di Bumi bersumber dari sini. Jika negeri ini hancur maka jauh lebih mudah untuk Rasta menguasai keduanya!”
Bumi dikuasai oleh penyihir seperti Rasta? Riris tidak bisa membayangkan hal itu terjadi. Riris harus melakukan sesuatu! Bukankah itu tujuannya dia bisa ada di sini? Meski dia agak shock juga pada awalnya.
Mendadak semangat Riris meletup-letup. “Apa yang akan kita lakukan sekarang?”
“Ini!” Arabel menyodorkan sebuah kuas bulu, Riris menerimanya dengan gugup. Semangatnya menguap dengan cepat.
Riris memandangi kuas yang serasa sangat ringan di tangannya. Riris memang sering melukis pelangi di atas kanvas. Pelangi adalah objek lukisan favorit Riris, tapi belum pernah sebelumnya dia melukis pelangi langsung di langit. Bahkan memimpikannya pun dia tidak pernah.
“Apakah aku bisa?” Tanya Riris ragu. Arabel yang sedang sibuk mengurusi cat-cat langsung menoleh.
“Tentu. Ini sama saja dengan melukis di atas kanvas seperti yang biasa kamu lakukan. Ayo kita mulai!”
Riris mengikuti Arabel yang sudah berjalan lebih dahulu menuju ke sebuah taman di tengah negeri yang sepi. Puing-puing bangunan berserakan di beberapa tempat. Riris mengamati sekeliling, mencari pintu penghubung antara bumi yang dulu menjadi jalannya hingga bisa sampai ke sini, tapi tak ada tanda-tanda sedikit pun bahwa pintu itu ada atau bahkan pernah ada. Yang ada hanyalah kabut-kabut tipis berwarna-warni yang sudah memudar di beberapa bagian, bahkan ada yang nyaris kehabisan warna. Memucat, seperti manusia yang kehabisan darah.
“Kemana Nathan pergi?” Tanya Riris lagi, terus mengekor di belakang Arabel, bagaimanapun dia tidak terlalu mengenal negeri ini.
Nathan adalah Rex (Raja) di negeri itu. Tahta itu terpaksa diembannya di umur yang sangat belia karena ayahnya meninggal saat perang besar terjadi setahun lalu.
Nathan dan Arabel sudah bersahabat sejak kecil, apalagi keduanya berasal dari keluarga bangsawan. Selama di negeri Iris mereka selalu bertiga, tak pernah terpisahkan sama sekali. Tapi pagi ini Nathan tidak ada dan itu menimbulkan pertanyaan di benak Riris.
“Nathan sedang ke danau Warna. Sepertinya danau Warna yang menjadi incaran Rasta sekarang. Air danau itu makin menipis saja! Kita bisa kehabisan cat pewarna untuk melukis pelangi jika danau itu sampai kering!”
Riris tidak bertanya apa-apa lagi. Dia sibuk dengan pikirannya sendiri, menuju ke Bumi. Tempat tinggalnya. Tempat Bunda, Jaci dan orang-orang yang disayanginya berada. Bagaimana jika dia tidak bisa kembali? bagaimana dengan Bunda?
“Prajurit-prajurit Rasta biasa dipimpin oleh Ken!” Suara bening Arabel berhasil memecahkan lamunan Riris!
“Siapa Ken?”
“Ken adalah putra Rasta. Dulu, sebelum peperangan pecah, aku, Nathan dan Ken adalah sahabat. Ibunya juga adalah seorang pelukis pelangi.” Riris terkesiap mendengar pernyataan Arabel.
“Tapi—”
“Hujan sebentar lagi akan reda. Ayo, kita harus segera memulai melukis pelangi.” Arabel memotong. Mereka harus segera memulai melukis karena hujan akan segera reda.
Riris tiba-tiba membayangkan betapa indahnya negeri ini saat masih damai dulu. Gumpalan awan, kabut tipis, serta danau yang berwarna-warni terformulasi dalam takaran warna yang pas satu sama lain. Kontras.
”Sering muncul prajurit Rasta jika hujan sedang turun di bumi. Jadi berhati-hatilah. Bersembunyilah di balik kabut yang warnanya belum terlalu pudar. Mereka tidak akan melihatmu. Mereka resisten terhadap warna cerah!” Riris mengangguk-angguk mendengar penjelasan Arabel meski sebenarnya dia masih ragu.
Bisakah dia melukis dengan baik? Dan bisakan dia menghindar dari prajurit Rasta yang terkenal amat sangat kejam itu? Bagaimana jika dia tidak bisa kembali ke Bumi? Bagaimana dengan Bunda?
“Tidak.. Tidak..” Riris menggeleng pelan, berusaha menghalau pikiran negatif yang mulai menghantui.
“Semua akan baik-baik saja!” Tegasnya dalam hati. Riris mulai meniti gumpalan-gumpalan awan berbentuk tangga menuju langit.
Dia mencelupkan kuasnya di cat berwarna merah. Dia memulai dengan warna favoritnya. Dengan ragu Riris menggoresnya kuasnya ke langit. Tapi tidak terjadi apa-apa. Riris mencoba lagi. Masih sama. Riris terus mencoba tapi tidak ada perubahan.
“Arabel, aku tidak bisa melakukannya!” Kata Riris putus asa. Suaranya terdengar sedih. Arabel datang menghampiri. Dia tersenyum tipis.
“Apa kau percaya bisa melakukannya?” Arabel menyentuh pelan bahu Riris, berusaha menyalurkan energi positif untuk sahabat barunya ini. Riris terdiam, mengulangi pertanyaan itu dalam hari. Percayakah dia?
“Dalam melukis pelangi, bukan hanya sekedar kuas dan cat saja yang dibutuhkan. Tapi juga kepercayaan. Apapun yang kamu lakukan, sesulit apapun itu, jika kamu percaya, maka sesuatu itu akan menjadi mudah. Aku percaya kamu bisa melakukannya, jadi kamu juga harus percaya pada dirimu sendiri!” Lanjut Arabel.
Riris menghela nafas panjang, “Ya. Aku pasti bisa. Ini juga untuk Bumi!” Tegas Riris, senyum tipis tersungging di bibirnya. Arabel ikut tersenyum. Tidak salah dia memilih Riris sebagai penolong.
***
Riris sudah menyelesaikan setengah dari pelangi itu saat dia merasakan temperatur udara tiba-tiba turun secara drastis, sama seperti saat pertama kali dia menginjakkan kaki di negeri ini dan prajurit Rasta menyerangnya, beruntung saat itu dia ditolong oleh Arabel.
Arabel. Dimana Arabel? Riris mulai mencari-cari. Saking bersemangatnya melukis Riris sampai tidak menyadari bahwa dia tidak bersama Arabel lagi. Riris meniti gumpalan awan dengan cepat, dia ingin segera menemukan Arabel dan pergi dari tempat itu.
Tapi terlambat, begitu Riris menginjakkan kakinya di tanah, dari kejauhan dia bisa melihat prajurit-prajurit Rasta semakin mendekat, semacam bayangan hitam yang terus menyerap warna dari sekitarnya. Dan anehnya tindakan itu malah membuat mereka semakin gelap dan warna disekitar semakin memudar.
Riris segera menghindar, dirapatkannya tubuhnya dibalik puing-puing bangunan. Riris menyentuh dadanya, merasakan detakan jantungnya yang semakin memburu. Bayangan-bayangan hitam itu semakin mendekat. Riris menyentuhkan ujung kuasnya ke arah kabut tipis yang ada di sebelah kirinya hingga semua cat yang menempel di kuas bulu itu habis. Perlahan kabut yang awalnya berwarna pucat kini menjadi merah darah, kabut itu pun menjadi perisainya.
Dalam jarak yang sangat dekat, Prajurit-prajurit Rasta tidak mampu menghisap warna itu karena pancaran sinar yang dihasilkan. Riris menghela nafas lega. Dia mengintip sebentar untuk memastikan bahwa bayangan hitam yang ternyata terlihat sangat menakutkan dalam jarak yang sangat dekat sudah menjauh.
Riris segera ingin melarikan diri dan menjauh dari situ. Dia mengambil rute yang berlawanan dengan sekumpulan prajurit tadi.
Tiba-tiba tubuhnya menubruk seseorang. Riris segera mendongak, untuk sepersekian detik dia terpana sampai akhirnya dia tersadar siapa sebenarnya orang yang mengenakan pakaian serba hitam ini.
“Akkrrggghhh..” tanpa sadar Riris malah berteriak dengan keras. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Cat di kuasnya sudah habis dan dia tidak punya persediaan.
Temperatur udara kembali menurun menandakan prajurit itu semakin mendekat. Tanpa Riris duga, orang yang tadi ditubruknya langsung mendekap mulut Riris dengan tangan dan merapatkan tubuhnya di dinding, menghimpit –melindungi—Riris dari pandangan prajurit-prajurit itu.
Riris merasa jantungnya serasa ingin melompat keluar. Tapi kali ini sepertinya bukan karena takut tapi karena posisi mereka, orang itu seperti merangkul Riris.
Prajurit Rasta mencari-cari asal suara itu, tapi tidak berhasil mereka temukan pada akhirnya. Salah satu prajurit lalu berbicara dengan bahasa yang Riris tidak mengerti sama sekali dan kemudian mereka menjauh.
Dekapan tangan di mulut Riris melonggar. Riris langsung melompat menjauh, mencipta jarak.
“Apa yang kau inginkan?” Sembur Riris. Orang itu tersenyum sinis.
“Begitukah caramu berterima kasih?” Riris tidak menjawab. Dia menggenggam kuas dengan sangat erat, berusaha menyalurkan ketegangannya.
Orang itu menatap Riris dengan tajam, dan juga –kalau Riris tidak salah lihat—khawatir?
“Riris?!” Riris langsung menoleh begitu mendangar namanya di panggil. Suara bening yang sangat familiar. Arabel. Orang yang berdiri di depan Riris langsung terkesiap.
“Well, kita pasti bertemu lagi!” Bisiknya di telinga kanan Riris sebelummenghilang. Riris terpaku.
“Kamu tidak apa-apa? Maaf aku meninggalkanmu!” Kata Arabel cemas. Riris menggeleng pelan.
“Aku tidak apa-apa. Jangan khawatir!”
“Ayo kita segera pergi dari sini. Saat ini keadaan sedang tidak aman.” Arabel menuntun Riris pergi menjauh dari taman itu.
Riris tidak peduli dengan lingkungan sekitar lagi, bahkan suara Arabel terdengar hanya seperti desauan angin. Pikiran Riris sedang terfokus pada orang yang menolongnya tadi.
Ken.
Jika itu memang Ken, mengapa dia malah menyelamatkan Riris? Bukankah tujuan mereka untuk mengambil alih negeri ini dan menjadikannya negeri kegelapan? Riris tidak mengerti!
Banyak hal yang Riris tidak—belum—tahu memang. Termasuk perasaan aneh yang mulai menyelusup masuk saat Ken merangkulnya tadi.
“Mungkin Ken memang tidak sejahat itu!” Gumam Riris pelan!