Hari ini ada respon untuk praktikum Tetes Minyak Milikan. Saya sudah meminjam TP (Tugas Pendahuluan) teman saya yang minggu lalu mempraktikkan percobaan ini karena waktunya yang cenderung mepet dan saya tidak bisa membuat TP baru yang berarti saya harus masuk ke perpustakaan dulu untuk meminjam buku. Saya kan paling malas untuk masuk ke perpustakaan yang ‘penjaganya’ orang jutek semua. Fakir senyum.
Sejak awal saya memang tidak suka masuk ke perpustakaan jurusan karena seperti yang saya bilang tadi, yang ngejaga pada jutek semua. Dan rasa tidak suka itu semakin memuncak seminggu yang lalu.
Minggu pertama November, responsi untuk Eksperimen Fisika Modern sudah dimulai. Hari itu Kamis, saya mendapat kabar bahwa responsi untuk kelompok saya akan diadakan keesokan harinya, mau tidak mau saya harus membuat Tugas Pendahuluan berupa Bab 1 (Pendahuluan) dan Bab 2 (Tinjauan Pustaka) laporan lengkap saya. Saya tidak punya buku referensi sama sekali. Jadi mau tidak mau saya harus masuk ke perpustakaan untuk menyelesaikan TP sekaligus untuk memperpanjang masa berlaku kartu perpustakaan yang sudah expired 3 bulan lalu.
Nah, yang ngejaga perpustakaan kali itu adalah teman seangkatan saya tapi berbeda kelas, kalau saya kelas B sedangkan dia di kelas A. Saya sih sebenarnya tidak kenal, tapi teman—Alia-- yang bareng saya keperpustakaan mengenalnya. Alia menyapanya sekilas, dan reaksi orang itu adalah: tidak peduli. Jangankan senyum, menoleh saja tidak!
Dengan cuek saya menyerahkan kartu perpustakaan yang ingin diperpanjang.
“Saya nggak akan ngizinin masuk kalau kartu perpustakaannya belum jadi.” Katanya dengan jutek sambil menggunting foto Alia yang berukuran 3x4 hingga menjadi 2x3 yang akan di tempelkan di kartu yang juga diperpanjangnya.
Saya mengambil alat untuk menulis laporan berupa penuntun, kertas HVS, dan pulpen dari dalam tas sambil menunggu kartu saya jadi.
“Yang boleh dibawa masuk hanya kertas dan pulpen saja. Penuntun dan buku lain tidak diizinkan dibawah masuk.” Katanya lagi dengan nada tajam.
Saya menghela nafas panjang lalu memasukkan kembali penuntun kedalam tas. Saya dan Alia berdiri di depan orang rese itu, jengkel karena kartu kami belum jadi-jadi juga. dia membuang-buang waktu kami. Lalu dia mendongakkan kepalanya dan menatap kami.
“Ngapain berdiri disitu? Masuk aja!” Katanya, lagi-lagi dengan nada jutek.
Sumpah, saya kesal sekali. Tadinya dia bilang kalau kartu belum selesai, kami nggak boleh masuk dulu, dan sekarang dia bertanya kenapa masih berdiri di depannya?? Apa dia amnesia seketika?
“Katanya tadi nggak boleh masuk kalau kartunya belum jadi!” Saya berkata tidak kalah juteknya lalu ngeloyor masuk, segera mencari buku yang saya butuhkan. Dia pikir saya nggak bisa jutek kayak dia apa. Sorry yah, saya juga cukup terlatih kalau cuma pengen ngejutekin orang.
Mood yang udah terlanjur rusak membuat saya jadi nggak berminat lagi untuk menulis TP disitu. Saya lalu meminjam buku dan pergi. Muak rasanya ada di situ.
Entah kenapa hari kamis itu memang menjengkelkan sekali. Di mulai dari laboran yang nggak mau ngasih saya Penuntun Praktikum karena bukti pembayaran lab saya tidak lengkap, bukti pembayaran untuk semester 4 hilang (semester lalu dititip ke teman dan dompet teman saya raib di jambret, hilanglah semua bukti pembayaran itu). Dia tidak mau mengerti, padahal saya udah mau respon besoknya. Air mata saya menggenang, marah dan sedih campur jadi satu, belum lagi orang perpustakaan yang nggak welcome sekali membuat mood saya makin hancur. Untung teman sekelas saya ada yang batal praktikum minggu itu dan saya bisa meminjam penuntunnya.
Hari senin, setelah membuat perjanjian dengan laboran bahwa saya harus segera mengurus kembali bukti pembayaran saya yang hilang itu di bank, saya bisa mengambil penuntun. Respon saya yang akan diadakan hari jumat juga ditunda sampai hari Selasa. Aman..
Sekarang, kembali ke respon Tetes Minyak Milikan yang tadi diadakan. Kelompok sebelumnya mengatakan bahwa mereka hanya diberikan respon tulisan saja dimana soalnya relative mudah. Saya dan teman sekelompok yang lain mempersiapkan diri untuk respon tulisan juga. Nanya sana-sini soal apa yang masuk.
Setelah menulis TP saya mulai membaca materi yang akan diresponkan, tapi sekeltika kantuk menyerang. Saya yang santai-santai aja karena yakin besoknya hanya akan respon tulisan memilih untuk tidur dan belajar saat perjalanan menuju kampus.
Saya sudah menuliskan rumus yang tidak bisa saya ingat penurunannya dan berharap bisa menconteknya jika soal itu muncul. hehehehe
Respon dijanjikan pukul 8 dan asisten baru datang pukul 8.30, belum lagi kakak asisten harus mengurus kelompok yang saat itu akan praktikum, bersamaan dengan kelompok saya yang akan di respon. Jadi kami mulai respon pukul 9.
Kami langsung menyiapkan kertas, dan bersiap untuk menulis soal tapi --yang tidak saya sangka-sangka-- Kakak ternyata malah memberikan respon lisan. Untung saya duduknya paling ujung dan mendapat giliran terakhir saat menjawab pertanyaan, hihihi
Saya memang tidak suka ujian lisan seperti ini. Saya kehabisan kata. Meski saya mendapat giliran terakhir yang berarti saya bisa mencontek jawaban teman untuk melengkapi jawaban saya, itu tidak berarti saya bisa dengan mudah mengungkapkannya. Saya kesulitan memilih kata, kesulitan menjelaskan secara ringkas dan jelas, saya seperti meracau.
Tapi akhirnya respon itu berakhir dengan banyak pertanyaan yang tidak satu orangpun yang mampu menjawab. Untung Asistennya baik. Hihihi
respon selesai, saatnya fokus pada praktikum Tetes Minyak Milikan yang terkenal sulit dan menyelesaikan laporan praktikum minggu lalu..
hmm,, Lumayan banyak tugas yang menumpuk, tapi ini Sabtu malam, saya berhak menikmati libur saya dulu.
0 komentar:
Posting Komentar