Akhir Maret.
Semua orang di ruangan itu tampak sibuk mengurusi keperluan syuting hari itu. Beberapa orang berlalu-lalang entah membawa kamera, kabel-kabel, atau pakaian yang akan dipakai nantinya.
Siwon, si tokoh utama—duduk di kursi putih yang ada di sudut, terhindar dari keramaian itu pagi itu. Secangkir kopi mengepul hangat bertengger manis di atas meja yang ada dihadapannya, sedang dia sibuk membuka-buka koran pagi, mencerna setiap berita yang ada di situ. Dia bangkit berdiri lalu membungkuk saat seorang senior menyapanya.
Dia melipat koran yang dibacanya kemudian meletakkan di atas meja, lalu beralih pada kopinya yang perlahan mulai mendingin, menyeruputnya pelan, rasa hangat langsung menjalar di seluruh tubuh. Kesibukan di sekitar menarik perhatiannya, tepatnya seseorang yang nampak sedang sibuk dengan dunianya sendiri, mungkin lebih tepat sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Seorang gadis yang mungkin berumur sekitar 23 tahun, rambutnya dikuncir kuda, jelas agar tidak begitu mengganggu saat dia bekerja.
Gadis itu membawa sebuah tas yang lumayan besar –dan berat, dijinjingnya dengan menggunakan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya memegang beberapa setel pakaian yang terbungkus plastik transparant. Mungkin dia adalah asisten salah seorang artis. Gadis itu kesulitan melewati pintu karena barang bawaannya tersangkut dimana-mana setiap dia berjalan. Dia mundur selangkah, membetulkan posisinya, memastikan barang bawaannya tidak akan membuat masalah lagi, lalu kembali berjalan melewati pintu dengan agak menyamping. Mau tidak mau Siwon tersenyum melihat tingkah gadis yang baru pertama kali dilihatnya itu.
*
Awal April
Tempat yang sama. Kegiatan yang sama. Mengamati orang yang sama.
Siwon selalu mengamati gadis itu dan menertawakan tingkah-tingkah lucunya. Tentu tak ada yang tahu. Dan dia menertawai dirinya sendiri karena tingkah anehnya—sejak kapan sih dia jadi suka mengamati seseorang seperti sekarang ini? Siwon sudah tahu bahwa gadis itu adalah asisten salah satu artis yang ikut bermain di drama yang sedang mereka kerjakan, Eun So. Dan Eun So memperlakukan asistennya seperti kuli angkut barang saja. Tapi gadis itu tampak menyukai pekerjaannya. Dan bodohnya, Siwon hanya terus mengamati dan tak pernah mencoba untuk membantu sama sekali.
Gadis itu tampak lagi dengan barang-barang bawaannya seperti biasa. Juga berusaha melewati pintu dengan mulus seperti biasa. Dia melewati pintu dengan agak menyamping sehingga semua barang-barangnya tidak tersangkut lagi. Dia sudah berpengalaman dalam hal itu, tapi tidak begitu mengantisipasi hal lain, meski bersemangat gadis itu tetap saja ceroboh.
Setelah kemarin menabrak kamera hingga nyaris saja menghantam lantai—untung saja tidak terjadi—hari ini dia tidak memperhatikan langkahnya hingga tersangkut kabel yang melintang di bawahnya. “Akrgh.” Gadis itu memekik pelan. Isi tasnya sudah berserakan. Lipstick, bedak dan segala macam peralatan make up tumpah ruah ke lantai. Tanpa pikir panjang Siwon langsung mendekat.
Gadis itu meringis sambil mengelus lututnya yang sakit. Meski tidak ada luka, dia yakin, sebentar lagi lututnya akan bengkak karena menghantam lantai dengan tidak kenal ampun. “Kabel sialan!” Umpatnya dalam hati.
“Gwaencana?” Siwon bertanya. Gadis itu menoleh mencari sumber suara dan terhenyak saat melihat si artis sudah berlutut di hadapannya, hanya berjarak tidak lebih dari semeter darinya, dengan tatapan prihatin dan sarat perhatian. Agak lama hingga gadis itu ingat untuk mengangguk pelan. Entah kemana suaranya hilang. Dia bukanlah Little Mermaid yang rela kehilangan suara hanya untuk bertemu pangeran tampan.
Tapi orang yang ada di hadapannya ini benar-benar tampan.
“Aku Siwon!” Kata Siwon, berharap gadis yang ada di hadapannya segera menjawab dan tidak hanya menatapnya kaget. Bagaimana pun dia merasa agak risih ditatapi seperti itu.
“Song Hye! Namaku Song Hye.” Gadis itu akhirnya menjawab cepat setelah mengerjap-ngerjap beberapa saat. “Omona!” Pekik Song Hye lalu mulai memunguti semua barang yang berserakan. Siwon ikut membantu.
“Kamu asisten baru ya?” Siwon bertanya lagi sambil memasukkan lipstick yang dipungutnya ke dalam tas.
“Ne, Oppa!” Jawab Song Hye. Dia tahu Siwon ini jauh lebih tua darinya. Dan menghormati orang yang jauh lebih tua amat sangat penting. Dia tak mau di cap belagu. Lagian dia siapa sih selain hanya seorang asisten artis.
“Song Hye! Apa yang kau lakukan dengan make up itu. Cepatlah!” Eun So meneriaki asistennya dengan tidak sabar. Song Hye segera bangkit diikuti oleh Siwon. Song Hye membungkuk sedikit.
“Gamsahamnida, Oppa!"
*
4 April.
Song Hye selonjoran di lantai teras belakang menghadap taman dimana beberapa bunga tampak mulai menguncup. Song Hye sangat suka musim semi, bunga bermekar dimana-mana. Cantik. Song Hye memijit pelan kakinya yang terasa pegal. Seharian ini dia bolak-balik mengurusi ini itu. Meski capek dan –sebenarnya—agak sebal pada Eun So, dia tak ingin mengeluh, mengeluh berarti orang yang lemah dan kalah. Dia tidak ingin menjadi seperti itu.
Song Hye terkejut saat sesuatu yang dingin menyetuh lengannya, dia impuls bergidik pelan. Siwon terkekeh kemudian ikut duduk di lantai dan sesuatu yang dingin tadi adalah sekaleng cola.
“Musim semi memang selalu indah!” Gumamnya. Song Hye menoleh lalu mengangguk membenarkan.
“Juga hangat!” tambahnya.
…
Hening.
Keduanya larut dalam pikiran masing-masing. Sejak Siwon menyapa Song Hye hari itu mereka menjadi jauh lebih dekat, saling menyapa satu sama lain. Sikap Siwon yang sangat baik membuat Song Hye merasa menemukan seorang Kakak kembali. Tempat dimana dia bisa bercerita. Dulunya Song Hye punya seorang Kakak cowok tapi meninggal tiga tahun lalu karena kecelakaan.
Tiba-tiba Song Hye teringat sesuatu.
“Oppa!” Panggilnya Song Hye. Siwon menoleh ke arahnya dengan sebelah alis terangkat naik, Song Hye mengira-ngira maknanya adalah ‘Apa?’. “Kau anggota Super Junior kan?” Pertanyaan bodoh. Padahal Song Hye sudah tahu hal itu. “Aku ingin minta tolong!” Song Hye menghentikan ucapannya.
“Apa? Kau ingin bertemu siapa? Atau kau ingin minta tanda tangan?” Gurau Siwon, Song Hye tertawa pelan.
“Anio.” Song Hye membalas sambil menggeleng. “Aku tak ingin bertemu siapa-siapa dan tak ingin meminta
tanda tangan siapa-siapa. Aku hanya ingin menitipkan ucapan selamat ulang tahun untuk Eunhyuk Oppa!”
“Ow, tentu. Akan aku sampaikan. Atau kau mau aku meneleponnya agar kau bisa berbicara langsung?”
“Tidak, tidak perlu. Aku tidak tahu harus berkata apa padanya di telepon!”
“Cukup katakan ‘Saengil Chukahamnida, Oppa’.”
“Tidak. Cukup kau saja yang menyampaikannya. Juga sekalian berikan ini padanya. Mungkin tidak berharga tapi ini aku yang membuatnya sendiri!” Song Hye merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah gantungan kunci berwarna hijau hasil rajutan tangan berbentuk kura-kura sebesar kepalan tangan.
Siwon menimang-nimang benda itu. “Wah, kau membuat ini sendiri untuk Eunhyuk? Jika aku yang berulang tahun apa yang akan kau berikan padaku?” Pancing Siwon.
“Kapan kau berulang tahun, Oppa?”
“Sudahlah!”
*
Hari terakhir syuting
Semua sibuk. Biasanya jika ada sedikit jeda, Siwon akan mengajak Song Hye mengobrol. Apalagi itu adalah hari syuting terakhir dan belum tentu setelahnya mereka bisa bertemu lagi.
Malam mulai menjelang saat syuting berakhir. Para artis dan kru saling berpamitan. Ada party kecil-kecilan yang akan diadakan di sebuah café tapi Siwon tak bisa bergabung karena jadwalnya yang lain. Siwon mengelilingi ruangan mencari di mana Song Hye berada, dia berhasil menemukan gadis itu di halaman belakang seperti biasa, bersandar di dinding dengan ponsel melekat di telinga. Dia sedang menelpon. Siwon mengurungkan niat untuk menyapa.
“Gomawo, Yuri-ah. Tapi maaf kita tidak bisa merayakan ulang tahunku bersama hari ini.” Song Hye terdengar sangat menyesal.
Ternyata dia berulang tahun hari ini. Batin Siwon. Tapi kemudian dia merasakan telepon di kantongnya bervibrasi. Leeteuk.
“Arasso Hyung. Aku akan segera ke sana!” Leeteuk memintanya agar segera menuju ke tempat mereka akan Show sebentar lagi.
Siwon menggerutu kesal lalu meninggalkan tempat itu. Dia hanya berharap semoga dia masih memiliki waktu untuk mengucapkan selamat ulang tahun secara langsung nantinya.
*
Malam semakin larut, Siwon segera melajukan mobilnya ke suatu tempat dengan setengah ngebut. Dia melirik sebentar tart yang dia letakkan di jok sebelahnya. Dia sudah mengantongi alamat rumah Song Hye yang didapatnya dari gadis itu sendiri. Meski awalnya agak bingung tapi Song Hye akhirnya memberikan alamat rumahnya juga.
Lalu di sinilah mereka berdua. Duduk di teras depan rumah Song Hye. Pemandangan dari sana sangatlah indah karena rumah Song Hye berada di atas ketinggian jadi mereka bisa melihat pemandangan kota Seoul pada malam hari, lampu-lampu berkerlap-kerlip indah.
“Happy birthday!” Kata Siwon sambil menyodorkan sebuah kue tart, sepertinya hanya untuk dijadikan sebuah pajangan karena terasa sayang untuk di makan saking cantiknya.
Song Hye tersenyum sumringah.”Gomawo, Oppa!”
“Ayo, kau tiup lilin dulu. Make a wish.” Siwon mengambil lilin yang juga dia bawa dan menancapkannya di atas kue dengan buru-buru, dia merogoh sakunya dan kemudian tersadar, dia menepuk jidatnya pelan. “Astaga, aku lupa membawa korek. Kau punya kan? Cepat ambilkan!” Ujar Siwon tidak sabar, sebentar lagi jam 12, itu berarti ulang tahun gadis yang sudah dianggap adiknya ini akan berlalu begitu saja. Song Hye tersenyum penuh arti lalu masuk ke dalam rumah.
“Hya, kenapa kau lama sekali!” Teriak Siwon begitu Song Hye keluar dari dalam rumah dia menyerahkan korek yang dipegangnya dan langsung disambar oleh Siwon. Siwon terhenyak pelan saat Song Hye mengalungkan sebuah syal berwarna hitam putih di lehernya.
“Agak dingin di sini. Tadi aku ke toilet dulu, Oppa! Kau mau aku pipis di sini?” Song Hye memberikan alasan
“Sudah, cepat tiup lilinnya!”
“Bantu aku, Oppa!” Ujar Song Hye setelah mengisi udara ke paru-parunya yang nyaris kosong. Meniup banyak lilin ternyata benar-benar menguji fungsi paru-paru. Siwon tersenyum lalu ikut meniup sisi lilin yang masih menyala.
Song Hye mencabut semua lilin yang sudah tidak menyala lagi, sebelum Siwon sempat menyadari motif tersembunyi dari tindakan Song Hye yang terburu-buru,
Plak.
Cream coklat lembut dan manis di kue itu sudah berpindah ke muka Siwon.
“Kau menjadi cokelat, Oppa. Aku ingin mencicipi rasamu, pasti sangat manis!” Song Hye tertawa terbahak-bahak lalu menjauh takut Siwon akan balas dendam.
“Hya. Mengapa kau melakukan ini padaku. Harusnya kau yang belepotan begini. Kau yang sedang berulang tahun!”
“Mwo? Ini bukan hari ulang tahunku. Kau yang berulang tahun! sekarang tanggal 7 Oppa. Ulang tahunku sudah berlalu”
Impuls Siwon mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam. Benar juga, sekarang sudah lewat jam 12 malam. Berarti ini adalah hari ulang tahunnya. Dia berganti melirik syal yang melingkari lehernya, ini mungkin hadiah dari Song Hye. Warna kesukaannya pula.
Dan, yang harus dipikirkannya sekarang adalah bagaimana agar gadis itu juga penuh cokelat sepertinya.
“Saengil chukahamnida, Oppa!” Kali ini Song Hye benar-benar jahil, dia mendekat ke arah Siwon yang masih mematung memandangi syalnya, dengan berani Song Hye lalu mencolek cream dari muka Siwon menggunakan ujung jari telunjuk dan menjilatnya.
"Hm, coklat memang enak!" Ujar Song Hye sambil mengerlingkan sebelah matanya.
Siwon menjadi makin gemas karenanya.
*
well, ini dia Fanfict yang aku buat dengan terburu-buru *alesan* dan juga fanfict pertama yang aku post disini (aku nggak pandai bikin fanfict padahal seharusnya sama aja kalau nulis cerpen biasa :p)
semoga semua yang membaca ini suka ya :)