Sabtu, 02 Juli 2011

Saengil Chukahamnida

Diposting oleh sachakarina di Sabtu, Juli 02, 2011

Siwon menengok ke taman belakang perpustakaan dan menemukan Chae Rin, orang yang sudah dicarinya sedari tadi duduk selonjoran di atas rumput taman, di bawah pohon Sakura yang berbunga indah. Bunga-bunganya berguguran saat ditiup angin. Musim semi di Seoul, Korea Selatan memang selalu indah dan ramai dengan bunga-bunga beranekaragam. Chae Rin sangat menyukainya.
“Apa yang sedang kau baca?” tanya Siwon lalu ikut duduk di samping Chae Rin. Chae Rin yang tidak pernah mengantisipasi kedatangan Siwon yang tiba-tiba langsung terlonjak kaget dan melepaskan pegangan dari buku yang sedang dibacanya. Alhasil bukunya itu jatuh menghantam tanah.
Oppa[1], kau mengagetkanku!” seru Chae Rin dan memukul lengan Siwon pelan. Pria itu terkekeh.
“Buku apa itu?” tanya Siwon lagi.
“Ini novel. Dikirimkan oleh sepupuku dari Indonesia.” Chae Rin adalah warga Negara Indonesia yang menuntut ilmu di Korea. Awalnya dia hanya suka menikmati drama dan musik korea, sampai akhirnya dia benar-benar kepincut dengan budaya Negara itu. Sudah dua tahun dia hijrah dari Indonesia ke Negara Gingseng itu, disokong oleh beasiswa. Kini bahasa Koreanya pun sudah berkembang dengan pesat.
Chae Rin bekerja paruh waktu sebagai pegawai perpustakaan. Meski tidak bergaji besar, dia tetap menyenangi pekerjaannya. Dia senang berada di antara buku-buku, meski buku itu kadang membuatnya merasa pusing karena kebanyakan beraksara hangul[2]. Karena membaca dan mengerti hangul adalah dua hal yang berbeda.
Dan Chae Rin juga sangat bersyukur, jika dia tidak bekerja di perpustakaan dia mungkin tidak akan pernah bertemu dengan pria yang ada di sampingnya saat ini. Saat itu dia kesulitan membawa tumpukan buku yang harus disusunnya di rak yang sesuai, dan Siwon membantunya dengan senang hati.
Sejak itu mereka menjadi dekat. Chae Rin merasa bahagia sekaligus risih. Senang karena dia seperti menemukan seorang kakak dan keluarga yang tidak dimilikinya di Korea saat ini. Siwon yang baik dan dewasa membuatnya merasa nyaman. Tapi dia juga risih karena bisa dibilang Siwon adalah bintang kampus, dengan prestasi dan tampang yang sama-sama bersinar membuatnya dielu-elukan para wanita. Chae Rin tak senang, bukan karena banyak yang menyukai Siwon tapi karena gadis-gadis itu selalu meliriknya sinis. Gadis-gadis itu meliriknya seperti dia adalah debu yang menempel pada sebuah guci antik dan harus segera dilenyapnya.
“Tadi aku mencarimu di kampus, tapi aku tak menemukanmu. Ternyata kau di sini!” kata Siwon lagi. Chae Rin tidak berkata apa-apa. Dia berpura-pura sibuk dengan novelnya. Dia sebenarnya sengaja menghindari Siwon jika di kampus. “Bisa aku meminta sesuatu?” Chae Rin mengalihkan perhatiannya dari buku dan menatap Siwon dengan tatapan bertanya. “Tolong, abaikan saja orang-orang itu. Aku tidak suka kau menghindariku lagi seperti tadi.”
Oppa, aku tidak—” Chae Rin ingin berkata bahwa dia tidak sedang menghindari Siwon, tapi dia tercekat. Dia tak bisa berbohong pada pria yang sudah sangat baik padanya selama dua bulan terakhir ini.
“Aku ingin bersamamu. Mereka tidak berhak melarang aku bersama adikku.”
Chae Rin tertegun. Adik. Siwon menganggapnya adik. Seketika rasa sendu itu menyeruak memenuhui ruang hatinya? Kenapa dia merasa sedih karena Siwon hanya menganggapnya seorang adik padahal dia yakin sudah mengatakan bahwa dia juga menganggap Siwon sebagai kakaknya? Apakah dia—
Tidak! Chae Rin segera membuang semua pikiran ngaco itu dari kepalanya. Dia hanya ingin menganggap Siwon sebagai kakaknya. Chae Rin tiba-tiba teringat sesuatu.
Oppa, aku ingin menitipkan sesuatu.” Chae Rin merogoh tas yang ada di sampingnya dan mengeluarkan sebuah kotak kado. “Hari ini Min Ho Oppa berulang tahun kan? Tolong berikan ini padanya.” Min Ho adalah sahabat Siwon yang juga sangat baik padanya. Hari ini, Min Ho berulang tahun dan hadiah itu adalah ucapan terima kasih. Siwon menerima kotak itu dengan mata terpicing.
“Tidak ada apa-apa di antara kalian kan?” tanya Siwon curiga, Chae Rin tertawa renyah.
“Itu hanya ucapan selamat ulang tahun dariku, tidak ada maksud apa-apa.”
“Apa yang akan kau berikan jika aku berulang tahun?” Siwon bertanya lagi. Tiba-tiba dia merasa penasaran. Senyum Chae Rin langsung pudar.
“Kapan ulang tahunmu, Oppa?” tanyanya sungguh-sungguh.
“Sudahlah. Lupakan!”
***
Gomawo[3], Alya-ya[4]. Aku ingin sekali merayakan ulang tahunku bersamamu lagi seperti dulu.” Chae Rin tertawa setelah mengatakan kalimat panjang itu dalam bahasa Korea dan membuat orang yang sedang ditemaninya mengoborol misuh-misuh karena tidak mengerti. Chae Rin kembali mengulangi dalam bahasa Indonesia. “Aku sangat rindu padamu. Aku kadang merasa kesepian di sini.”
"Ternyata dia berulang tahun hari ini."
 Siwon bersandar di balik dinding dan menggumam pelan, dia tak bermaksud menguping. Dia merutuki dirinya dalan hati, dia mengganggap Chae Rin adalah adiknya tapi bahkan ulang tahun gadis itu tidak tahu. Tapi Chae Rin juga tidak tahu ulang tahunnya. Ahhh, mereka satu sama sekarang.
Tadinya dia ingin menemui Chae Rin, tapi gadis itu sedang mengobrol di telepon dan dia tak ingin mengganggu, apalagi gadis itu sedang mengobrol dengan sahabatnya. Siwon memang tidak mengerti bahasa Indonesia, tapi dari suara Chae Rin yang berubah sendu, dia tahu, gadis itu merasa sedih karena tidak bisa melewati hari ulang tahun bersama keluarganya.
Ponsel Siwon bergetar, setelah membaca pesan singkat yang masuk dia segera melangkah pergi sambil merutuk makin kesal.
***

Malam semakin larut saat Siwon memasuki kota seoul. Dia baru saja dari kembali dari luar kota untuk menyelesaikan urusan bisnis yang sedang dirintisnya bersama Eunhyuk dan Donghae, mereka bertiga sebaya. Kota yang dikunjunginya adalah Busan, berjarak sekitar 500 km dari Seoul. Siwon menginjak gas semakin dalam, membelah sepanjang jalan di Seoul yang—untung saja—malam ini tidak begitu padat. Sesekali dia melirik kotak kue yang ada di jok di sampingnya, memastikan posisi kotak itu tidak bergeser. Dia tidak mau kue di dalamnya jadi lecet sedikit saja. Siwon sudah mengatakan pada Chae Rin bahwa dia akan datang. Awalnya gadis itu melarang karena malam sudah cukup larut, saat ini jam sudah menunjukkan pukul 23.30 malam. Tapi Siwon bersikeras ingin datang sehingga Chae Rin tak bisa berkata apa-apa lagi.
 “Saengil Chukahamnida,[5]” Kata Siwon sambil menyodorkan sebuah kue tart cokelat.
Chae Rin tersenyum sumringah. “Gomawo, Oppa!”
“Ayo, tiup lilin dulu.” Siwon mengambil lilin yang juga dia bawa dan menancapkannya di atas kue dengan buru-buru, dia merogoh sakunya dan kemudian tersadar, dia menepuk jidatnya pelan. “Astaga,aku lupa membawa korek. Kau punya kan? Cepat ambilkan.ujar Siwon tidak sabar, sebentar lagi jam 12 dan itu berarti ulang tahun Chae Rin akan berlalu begitu saja. Chae Rin tersenyum penuh arti lalu masuk ke dalam rumah.
“Hya, kenapa kau lama sekali!” teriak Siwon begitu Chae Rin keluar dari dalam rumah dia menyerahkan korek yang dipegangnya dan langsung disambar oleh Siwon. Siwon terhenyak pelan saat Chae Rin mengalungkan sebuah syal berwarna hitam putih di lehernya.
“Agak dingin di sini,
“Sudah, cepat tiup lilinnya!” sergah Siwon cepat. Tak ada waktu untuk terkejut.
“Bantu aku, Oppa!” pinta Chae Rin setelah mengisi udara ke paru-parunya yang nyaris kosong. Meniup banyak lilin ternyata benar-benar menguji fungsi paru-paru. Siwon tersenyum lalu ikut meniup sisi lilin yang masih menyala.
Chae Rin mencabut semua lilin yang sudah tidak menyala lagi, sebelum Siwon sempat menyadari motif tersembunyi dari tindakan Chae Rin yang terburu-buru,
Plak.
Cream coklat lembut dan manis di kue itu sudah berpindah ke muka Siwon.
“Kau menjadi cokelat, Oppa. Aku ingin mencicipi rasamu, pasti sangat manis.Chae Rin tertawa terbahak-bahak lalu lari menjauh, takut Siwon akan balas dendam.
Hya. Mengapa kau melakukan ini padaku. Harusnya kau yang belepotan begini. Kau yang sedang berulang tahun!”
Mwo[6]? Ini bukan hari ulang tahunku. Kau yang berulang tahun! Sekarang tanggal 7, Oppa. Ulang tahunku sudah berlalu”
Impuls Siwon mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam. Benar juga, sekarang sudah lewat jam 12 malam. Berarti hari sudah berlalu dan sekarang tanggal 7 April, hari ulang tahunnya. Bagaimana dia bisa lupa? Dan ternyata Chae Rin tahu hari ulang tahunnya. Siwon berganti melirik syal yang melingkari lehernya, hadiah dari Chae Rin. Hasil rajutan Chae Rin sendiri. Warna kesukaannya pula.
Saengil chukahamnida, Oppa!” ujar Chae Rin lalu berjalan mendekat ke arah Siwon yang masih mematung memandangi syalnya, Chae Rin mencolek cream dari muka Siwon menggunakan ujung jari telunjuk lalu menjilatnya. Siwon tersadar.
"Hmm, coklat memang enak." ujar Chae Rin sambil mengerlingkan sebelah matanya jahil.
Siwon menjadi makin gemas karenanya.
***


[1] Oppa = Kakak laki-laki, diucapkan oleh perempuan.
[2] Hangul = Aksara korea
[3] Gomawo = Terima kasih (informal)
[4] ‘a’ atau ‘ya’ dibelakang nama = partikel yang menunjukkan panggilan.
[5] Saengil chukahamnida = selamat ulang tahun
[6] Mwo = apa

2 komentar:

Anonim mengatakan...

oh, astagaaaaa... aku bingung! bingung musti heboh dari mana...
manis banget ceritanya... juga kuenya! sluuurrrrpppp.. :q
suka banget di kalimat ini >> “Kau menjadi cokelat, Oppa. Aku ingin mencicipi rasamu, pasti sangat manis.” gimanaaaaaa gitu...

omong2, kayaknya di sini ada typo >> Hari ini, Min Ho berulang tahun dan hadiah itu adalah ucapan terima kasih.

sachakarina mengatakan...

Thank u.. Thank u..

Hahaha, ada typo nama. Nama tokohnya memang pernah aku ganti, dan ada satu yang masih nempel. Hehehe

 

Karina Sacharissa Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review