Setiap orang punya rumah impian. Aku sendiri mulai memikirkan mengenai rumah impianku ketika pertama kali menonton drama Full House, waktu itu aku masih SMP. Aku benar-benar jatuh cinta pada rumahnya, cantik. Sejak itu, aku mulai mengkhayalkannya.
Lebaran Idul Fitri lalu, aku ke rumah nenek di Sinjai Barat, lalu aku ke Gunung Perak, sebuah daerah di kaki gunung Bawakaraeng, sekitar satu jam dari rumah nenek. Aku selalu jatuh cinta dengan pemandangan yang asri. Mulailah aku menggabungkan khayalan rumah impianku dan tempat itu.
Aku ingin sebuah rumah (atau villa) di daerah perbukitan, di kaki gunung seperti Gunung Perak atau Malino. Selain udaranya sejuk, tanaman sayur dan segala jenis bunga dapat tumbuh dengan subur. Suasana yang tenang pasti membuat ide-ide tulisan gampang dituang ke dalam kertas.
Rumahnya tak perlu terlalu besar tapi bertingkat, kamarku ada di lantai atas yang menghadap ke perkebunan sayur. Dindingnya di dominasi oleh kaca, supaya panas matahari dapat masuk untuk menghangatkan. Ada teras di bagian depan dan belakang.
Di bagian depan, di bawah teras, ada kolam ikan mas. Setiap pagi, aku bisa menikmati suasana asri sambil menulis dan menikmati segelas cokelat hangat, juga melihat ikan-ikan berlomba berebut makanan. Ada berbagai macam bunga di halaman depan, mulai dari bunga mawar, bunga matahari, dahlia sampai pacar air yang tertata dengan apik. Ada tanaman merambat yang tumbuh di tiang teras, tidak begitu lebat, takutnya ada ular nanti. hehehe
Di halaman belakang, didominasi oleh tanaman sayur dan buah. Boleh deh bikin rumah kaca tempat menanam stroberi. Di bagian samping ada petak kecil yang berisi tanaman kol, tomat ceri, daun bawang atau brokoli. Tidak lupa tanaman markisa yang merambat menjadi pagar di samping rumah. Ada beberapa kayu-kayuan yang tumbuh besar, kanopi-kanopinya membuat halaman tidak begitu panas terkena sinar matahari.
Itu halamannya, sekarang kita masuk ke dalam rumah.
Rumah itu berwarna putih bersih dan memiliki banyak kaca. Di ruang tamu simple saja, hanya ada sofa dan meja tamu, juga beberapa hiasan. Ada tanaman yang bisa menetralisir udara di salah satu sudut, kali aja ada tamu yang merokok. Di ruang tengah, ada TV, di depannya terdapat satu sofa panjang. Di antara TV dan sofa tergelar sebuah karpet. Ruang makan dan dapur terhubung, ada pintu yang menuju halaman samping dan teras belakang. Dari ruang makan, ketika gorden disingkap, pemandangan halaman samping akan nampak sangat jelas karena dindingnya terbuat dari kaca. Ada satu kamar tidur tamu di lantai bawah, teras di kamar itu menampilkan pemandangan halaman samping dan sebagian kolam ikan.
Di lantai atas, hanya ada kamar tidur, semua kesibukan selain tidur dilakukan di lantai bawah. Yuk, ke kamar tidurku.
Di kamar itu ada satu tempat tidur berukuran besar, rak untuk buku, lemari pakaian, kamar mandi dan meja untuk menulis yang diletakkan di depan jendela kaca yang besar. Ada sebuah pintu yang menghubungkan ke balkon, dari tempat itu bisa menikmati pemandangan halaman samping.
Well, itu rumah impianku. Pasti menyenangkan, apalagi tinggal bersama keluarga kecil. Tapi konsepnya lebih cocok jadi villa sih sebenarnya, bukan rumah hunian sehari-hari kecuali kalau aku mau banting setir jadi petani dan tinggal di daerah perbukitan. Bisa aja sih, jadi petani stoberi dan mengelola tempat untuk rekreasi keluarga, jualan bunga juga. hehehehe
Namanya juga khayalan ya, dan aku sangat bersyukur kalau jadi kenyataan.
Lalu, bagaimana rumah impianmu? Cerita dong!