Sedang iseng membaca sekilas fanfic di blog sebelah, yang sangat sering menjadi pembahasanku dengan Nadh. Aku bukannya sok pintar soal tulis-menulis, aku juga masih setahun menggelutinya tapi dalam rentang waktu itu, aku mencoba terus belajar dan sepertinya aku punya sedikit bekal untuk itu—meski bisa dibilang masih sangat minim.
Penulis mungkin saja bisa diartikan orang yang mampu menulis. Tapi dalam hal menyajikan cerita untuk disuguhkan kepada orang lain tidak semudah itu. Kita harus memperhatikan banyak hal (lupakan soal ide, di sini kita menganggap ide semua orang bagus) terutama mengenai tata bahasa. Apa nggak malu menyajikan sebuah cerita yang banyak typonya? Salah susunan kalimatnya?
Di blog sebelah itu, saya sedikit tertarik dengan penggunaan kata teaser dan prolog dalam ceritanya. Untuk ukuran tulisan sepanjang yang ditulis author itu, aku pikir itu tidak bisa dikategorikan sebagai teaser ataupun prolog. Teaser atau prolog hanyalah pemancing pembaca, singkat. Aku mengomentarinya, memberikan pendapatku.
Aku jadi sebel gara-gara komentar orang itu, yang seolah-olah mengatakan aku tak tahu apa-apa mengenai teaser dan prolog, tentang sebuah penulisan. Aku bisa sombong dengan mengatakan bahwa aku sudah tiga kali memenangkan lomba fanfic. Perlukah aku memperlihatkan kepadanya agar dia tidak terlalu merendahkanku? Huh..
Aku jadi sebel gara-gara komentar orang itu, yang seolah-olah mengatakan aku tak tahu apa-apa mengenai teaser dan prolog, tentang sebuah penulisan. Aku bisa sombong dengan mengatakan bahwa aku sudah tiga kali memenangkan lomba fanfic. Perlukah aku memperlihatkan kepadanya agar dia tidak terlalu merendahkanku? Huh..
Aku jadi ingat saat naskah #sesal dibantai habis-habisan sama Mbak Clara Canceriana (Penulis Rain Affair). Jleb.. Jleb banget gitu dan salah satu yang menjadi sorotan adalah prolog yang lumayan panjang (3 halaman, spasi 1). Mbak Clara mengatakan itu bukanlah teaser, dan lebih baik dijadikan bab awal.
Ini isi evaluasi dari Mbak Clara:
Oh, ya. Soal prolog (maap, mendadak inget, jadi agak random). Aku pernah mengajukan prolog di naskah Rain Affair yg berbuntut dieksekusi. Sama kayak punyamu, tapi prolog itu nggak seperti itu. Prolog itu bukan adegan yang panjang. Prolog itu sekedar pancingan makanya biasanya prolog harus sesuatu yang membuat orang penasaran. Nah, karena di naskah ini prolognya seperti bab 1, aku rasa itu dijadikan bab pembuka saja (ini juga yang bikin Rain Affair nggak punya prolog TT TT)Pun dengan epilog.
Kalau aku sih lebih suka dibilangin tulisanku lebih jelek daripada dielu-elukan bagus padahal kenyataannya enggak bagus >.< tapi bukan berarti aku mengatakan tulisan orang itu jelek ya, aku hanya mempermasalahkan mengenai pengertian teaser dan prolog itu.
Menulis juga termasuk sebuah pekerjaan jadi perlakukan dengan professional. Dan kita menulis dengan untuk orang lain, jadi cobalah menulis dengan tidak asal.
0 komentar:
Posting Komentar