Rabu, 24 April 2013

(DAY 1) Selamat Pagi, Pare

Diposting oleh sachakarina di Rabu, April 24, 2013

Hola, Pare...
Akhirnya ada di sini juga setelah perjuangan panjang menunggu seharian kemarin.

Nah, untuk (paling tidak) dua bulan ke depan, aku akan menuliskan hari-hariku selama belajar di sini untuk mengabadikan kisah-kisahku. Sudah cukup lama juga tidak blogging, jadi, dimulai dengan menulis jurnal harian saja deh.

Kesan pertama di Pare? Aku belum terkesan sama sekali sih karena kami tiba pukul sepuluh malam dan enggak ada sama sekali yang bisa dilihat, apalagi aku antara sadar dan tidak sadar, baru bangun tidur soalnya dan sudah kelelahan, seluruh badan remuk-redam. Yang terbayang-bayang di pikiranku hanyalah kasur.

Perjalanan kali ini rasanya penuh cobaan. Bagaimana tidak, sehari sebelum pemberangkatan aku ditelepon CITILINK katanya pemberangkatan pesawat ditunda hingga pukul 13:15 WITA. Rasanya kesel banget, sengaja ambil pesawat pagi supaya bisa cepet tiba, tapi mau marah-marah juga nggak ada gunanya, cuma bikin capek. Masalahnya, Lia berangkat dari Palopo, tiba pukul 5:30 di Bandara, Lia bahkan sudah nelpon sebelum ak6 bangun. Jadilah Lia menunggu lama sampai aku datang.

Pukul 09:30 saya tiba di Bandara, Kak Dewi juga datang dan kami menunggu sampai jam 11 sebelum aku dan Lia masuk untuk check in. Kami masuk ke ruang tunggu setelahnya. Mulailah kami menunggu lagi sampai pukul 1. Foto-foto, ngobrol, melakukan apapun untuk menghabiskan waktu yang membosankan. Pukul 13:15 pesawat boarding. Saatnya terbang....

Aku selalu benci terbang. Ada tiga hal yang tidak kusuka: take off, saat di udara dan landing. Kalau disingkat, aku benci semuanya. Aku bukan pecinta ketinggian, membayangkan aku ada di ketinggian ribuan kaki di atas permukaan laut membuatku ngeri.

Beberapa menit setelah lepas landas, Lia mulai tertidur, aku juga membaca. Sedang asyik-asyiknya membaca, pemberitahuan mengenakan sabuk pengaman terdengar, pesawat sedang melintasi daerah dengan cuaca buruk. Lima menit kemudian pesawat mengalami turbulen. Lia terbangun karena pesawat berguncang. Aku sudah tidak bisa fokus membaca. Bagaimana tidak, turbulensi adalah hal yang paling tidak kuinginkan selama naik pesawat. Jadi teringat kisah Gadis dan Troy di buku Carla M. Nashar. Sayangnya yang kualami bukan sekedar fiksi, bukan khayalan yang dibangun imajinasiku. Ini nyata. Dan ini mengerikan.

Lia yang terbangun mengajakku mengobrol untuk mengalihkan perhatian. Aku tahu dia sama kaget dan tidak sukanya sepertiku. Namun akhirnya, setelah sepuluh menit, atau mungkin lebih cepat atau lebih lama, pesawat terbebas dari cuaca buruk. Aku menutup bukuku dan mencoba untuk tidur, aku terbangun sesaat sebelum pesawat landing di Juanda.

Perjalanan masih panjang.

Tiba di Bandara pukul 2 siang. Baru mengaktifkan ponsel, aku sudah di telepon Kak Dheny dari Booster yang mengatakan bahwa travel yang menungguku sudah pergi, disuruh nunggu lagi sampai pukul 4 sore. Enggak ada pilihan selain menunggu. Aku mengajak Lia makan siang, dia enggak mau jadi cuma aku aja. Kami makan di A&W. Pukul 4 aku di telepon sopir travel suruh nunggu setengah jam lagi karena beliau masih menjemput. Dan sampai pukul 6 magrib, belum ada tanda-tanda jemputan akan datang. Kami udah lelah selelah-lelahnya. Punggungku mulai sakit serta bosan setengah mati. Lia malah lebih parah dia belum mandi sama sekali hari itu. Kalau hari itu ada penghargaan kesabaran, mungkin kami bisa menyabetnya.

Menunggu itu kadang-kadang melelahkan, tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa selain terus menunggu karena kita tahu hanya itu satu-satunya pilihan. Aku dan Lia berusaha tidak banyak mengeluh yang makin menguras tenaga. Dan akhirnya sekitar pukul 7 lewat, pak Sopir datang dan kami berangkat ke Pare.

Sepanjang jalan ya cuma tidur aja, sudah lelah sekali. Kami tiba pukul 10 lewat, langsung masuk kamar, merentangkan tubuh sebentar lalu berbenah-benah. Sialnya, ternyata headsetku tercecer di Bandara Hasanuddin. Ya sudah, mesti cari yang baru lagi.

Saat menulis ini, aku masih di kamar, baru bangun tidur. Belum menengok Pare di luar. Tapi dari dalam kamar terdengar sepi sekali. Setelah Lia bangun dan setelah kami mandi mungkin pergi mengkonsultasikan mau ambil paket belajar apa dan nyari sepeda biar bisa jalan-jalan keliling kota, juga kenalan dengan teman-teman kosan lain.

So, selamat datang di Pare, Cha. Semoga dirimu betah ^_^

0 komentar:

 

Karina Sacharissa Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review