Senin, 22 Maret 2010

"Raayan ≠ Raynand"

Diposting oleh sachakarina di Senin, Maret 22, 2010
PLOROG


Suara ringtone Hp membangunkan Idel dari tidurnya, sedari tadi dia memang tidak tidur terlalu lelap, suara hujan yang menderu membuatnya takut. Sejak kecil Idel takut mendengar suara hujan seperti itu, tak tahu apa alasannya, mungkin karena dulu dia pernah terbangun saat hujan tengah mengguyur bumi dengan sangat deras, menimbulkan suara menderu ketika hujan berhasil menyentuh genteng dan dia mendapati dirinya sendirian dirumah. Saat itu kedua orang tuanya sedang pergi, sedang kakaknya, Faris meninggalkannya, pergi ke rumah temannya sebentar untuk mengambil komiknya —yang ketinggalan— karena yakin Idel tertidur dengan lelap dan pasti baru akan terbangun saat dia pulang nanti. Tapi hujan mengharuskannya untuk berteduh dulu hingga tak bisa pulang cepat. Ketika hujan mulai agak reda, Faris menerobos sisa- sisa hujan dengan tergesa- gesa agar segera sampai dirumah, dia menemukan Idel sedang meringkuk diranjangnya, menangis tersedu- sedu. Sejak itu dia takut hujan, hujan membuatnya merasa sangat kesepian. Semua keluarganya tahu itu. Tapi setelah berumur 15 tahun dan masuk SMA, dia selalu mengaku tidak takut lagi pada suara hujan. Tapi sebenarnya rasa takut itu masih sama, tapi karena nggak mau dibilang penakut, jadilah dia menguat- nguatkan dirinya untuk tidur sendiri saat hujan turun. Seperti malam ini.

Idel tahu betul siapa yang menelponnya, meski tak ada nama kontak yang tertera tapi Idel sangat mengenal nomor itu. Raynand. Cowok yang ditemuinya di acara pensi sekolahnya setahun lalu. Orang yang selama enam bulan terakhir selalu memancing jantungnya untuk berdebar dengan sangat cepat, dan membuat perutnya seketika menjadi sangkar kupu- kupu saat mengingat orang ini. Raynand benar- benar membuatnya jatuh cinta.

Raynand menelepon Idel tengah malam begini karena dia sangat tahu, Idel pasti ketakutan saat hujan mengguyur sederas ini. Dan ada yang sesuatu yang sangat penting ingin dikatakannya.

“ Aku menyukaimu bukan hanya sebagai sahabat!” Potong Ray saat Idel sedang membagi ketakutannya, bersyukur Ray menelpon dan dia tidak perlu membangunkan siapapun. Idel sangat berterima kasih untuk itu.

Meski itu pernyataan yang sudah lama sangat ditunggunya keluar dari bibir Ray — dan dia punya segudang stock kata- kata yang akan diucapkannya saat Ray menembaknya, toh itu membuatnya kaget juga, dan sempat melongo sesaat. Jantungnya langsung berpacu sangat cepat. Idel refleks memegangi dadanya, detakan yang berada di ambang batas normal itu membuat dadanya terasa sedikit sakit. Tapi selebihnya dia bahagia. Sangat bahagia. Kemudian dia tertawa yang membuat orang yang berada di ujung telepon terlonjak kaget.

“ Kenapa?” Tanya Raynand bingung. Apakah dia salah mengucapkannya?? Padahal tak pernah ada cewek yang menertawainya —selain saat ini, Idel — saat ia mengutarakan cintanya.

“ Nggak kenapa- kenapa kok!” Tanya Idel, berusaha menghentikan tawanya. Dia juga bingung, dia tertawa sebagai efek dari bahagia yang membuncah atau upaya menutupi kegugupannya. Sekarang dia memang gugup, bahkan sedikit gemetar. Dia bersyukur, Ray sedang keluar kota dan memutuskan menembaknya sekarang. Tak perlu menunggu dia pulang dulu lalu mengatakannya langsung dan melihat kegugupan Idel ini. “Kamu yakin?” Lanjutnya, kali ini serius. Ia ingin langsung mengatakan iya saja, tapi dia juga perlu kepastian.

“ Kamu nggak percaya?” Suara Raynand terdengar sedih karena tidak dipercaya.

“Bukannya gitu, gimana aku yakin kalau kamu sendiri nggak yakin?” Idel cepat- cepat menambahkan. Takut pertanyaannya tadi jadi petaka dan Raynand menganggap bahwa dia ditolak. Meski begitu dia juga cukup kesal karena Raynand agak sedikit sensitive. Mungkin karena sedang gugup juga!

“ Aku nggak pernah seyakin ini sama orang lain, Del. Cuma sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?” Raynand berkata dengan mantap. Sangat menyakinkan. Sama dengan Idel yang sudah sangat yakin. Hanya perlu beberapa kata simple saja dan keinginanya akan menjadi nyata. Menjadi pacar Raynand.

“ Ya, aku mau.”

Dan dia pun terbang.

0 komentar:

 

Karina Sacharissa Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review